Rabu, 20 Oktober 2010

steganografi

                                
Nama:david demon sanga
Nim:080010154
Kls:k081




                                                           STEGANOGRAFI

ABSTRAKS
Penyembunyian pesan dalam sebuah gambar atau lebih sering dikenal dengan istilah steganografi
adalah pengembangan dari kriptografi. Steganografi ini bisa dikatakan lebih aman karena sifatnya yang tidak
mengacak sehingga file yang disisipi tidak mencurigakan. Metode yang digunakan dalam steganografi tidak
hanya satu. Beberapa metode telah digunakan dalam pengembangannya untuk mendapatkan gambar stego atau
stego image yang lebih aman, tidak jah beda dengan aslinya dan tidak mudah untuk di pecahkan oleh orang lain
yang tidak diberi hak.
Dari metode yang telah ada, tentunya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Metode
yang dibandingkan antara lain metode Least Significant Bit (LSB) dan End Of File (EOF). Kedua metode ini
merupakan metode yang sering digunakan untuk pengembangan. LSB adalah metode lama yang terus menjadi
dasar untuk menciptakan metode-metode baru lainnya, seperti halnya EOF yang merupakan pengembangan
dari metode LSB.
Melalui studi pustaka ini penulis menganalisis metode mana yang lebih efektif untuk penyembunyian
pesan. Selain itu, dari studi pustaka ini penulis ingin mengembangkan aplikasi steganografi. Dengan melihat
dan mempelajari dari kedua metode tersebut diharapkan pengembangan yang dilakukan akan lebih baik dan
dapat menutupi kekurangan sebelumnya.
Kata Kunci:  Steganografi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cepatnya perkemabangan teknologi
informasi saat ini didukung dengan pentingnya
kebutuhan akan mendapatkan informasi. Hal ini
dapat dilihat dari berkembangnya jaringan internet
saat ini yang semakin pesat. Informasi yang
dikirimkan tidak hanya informasi untuk semua
orang. Terkadang ada juga informasi yang hanya
ditujukan untuk orang – orang tertentu atau badan –
badan tertentu saja karena sangat dirahasiakannya
informasi tersebut.
Seiring dengan perkembanagn teknologi
tersebut, ancaman terhadap keamanan informasi
yang dibutuhkan semakin besar, terutama untuk
informasi yang dirahasiakan tersebut. Berbagai
ancaman di dunia maya seperti hacker, cracker,
carder membuat orang khawatir akan keamanan
informasi yang dikirimnya. Kekhawatiran inilah
yang membuat pengiriman informasi sedikit
terhambat, sedangkan informasi tersebut sangat
penting orang-orang tertentu.
Teknik penyembunyian informasi yang
cukup terkenal adalah steganografi. Teknik
mengurangi kekurangan dari kriptografi yang dapat
dengan mudah menimbulkan kecurigaan.
Steganografi menyembunyikan informasi rahasia di
dalam informasi lain sehingga informasi tersebut
tidak dapat diketahui oleh orang lain yang tidak
bersangkutan.
Teknik ini mempunyai beberapa metode yang
digunakan untuk mengenkripsinya. Salah satunya
adalah LSB(Least Significant Bit) dan EOF(End Of
File). Kedua metode tersebut mempunyai kelemahan
dan kelebihan masing-masing dalam proses enkripsi.
Untuk menjaga keamanan file yang berupa
pesan tentunya perlu suatu cara agar enkripsi file
tidak mudah untuk dipecahkan oleh orang lain serta
hasil dari stego image tidak menimbulkan
kecurigaan. Dengan studi pustaka ini penulis ingin
mempelajari bagaimana metode yang telah ada
tersebut dalam implementasinya sehingga penulis
dapat membuat aplikasi untuk mengembangkannya.
1.2 Tujuan
Pada makalah ini dilakukan studi pustaka
yang membandingkan dua metode yang ada untuk
mengtahui kelemahan dan kekurangan dari metode
tersebut.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Merupakan studi pustaka.
b. Metode yang digunakan yaitu dua metode pada
Steganografi.
2. DASAR TEORI
2.1 Steganografi
Steganografi adalah seni dan ilmu menulis atau
menyembunyikan pesan tersembunyi dengan suatu


cara sehingga selain si pengirim dan si penerima,
tidak ada seorangpun yang mengetahui atau
menyadari bahwa ada suatu pesan rahasia.
Sebaliknya, kriptografi menyamarkan arti dari suatu
pesan, tapi tidak menyembunyikan bahwa ada suatu
pesan. Kata steganografi berasal dari bahasa Yunani
steganos, yang artinya tersembunyi atau terselubung,
dan graphein artinya menulis.

Kini, istilah steganografi termasuk
penyembunyian data digital dalam file-file
komputer. Contohnya, si pengirim mulai dengan file
gambar biasa, lalu mengatur warna setiap pixel ke100
untuk menyesuaikan suatu huruf dalam alphabet
(perubahannya begitu halus sehingga tidak ada
seorangpun yang menyadarinya jika ia tidak benarbenar
memperhatikannya).

Pada umumnya, pesan steganografi muncul
dengan rupa lain seperti gambar, artikel, daftar
belanjaan, atau pesan-pesan lainnya. Pesan yang
tertulis ini merupakan tulisan yang menyelubungi
atau menutupi. Contohnya, suatu pesan bisa
disembunyikan dengan menggunakan tinta yang
tidak terlihat diantara garis-garis yang kelihatan.

Teknik steganografi meliputi banyak sekali
metode komunikasi untuk menyembunyikan pesan
rahasia (teks atau gambar) di dalam file-file lain
yang mengandung teks, image, bahkan audio tanpa
menunjukkan ciri-ciri perubahan yang nyata atau
terlihat dalam kualitas dan struktur dari file semula.
Metode ini termasuk tinta yang tidak tampak,
microdots, pengaturan kata, tanda tangan digital,
jalur tersembunyi dan komunikasi spektrum lebar.
Tujuan dari steganografi adalah merahasiakan atau
menyembunyikan keberadaan dari sebuah pesan
tersembunyi atau sebuah informasi. Dalam
prakteknya kebanyakan diselesaikan dengan
membuat perubahan tipis terhadap data digital lain
yang isinya tidak akan menarik perhatian dari
penyerang potensial, sebagai contoh sebuah gambar
yang terlihat tidak berbahaya.



2.2 Least Significant Bit (LSB)
Least Significant Bit (LSB) merupakan salah
satu teknik dalam Steganografi. LSB menambahkan
bit data yang akan disembunyikan (pesan) di bit
terakhir yang paling cocok atau kurang berarti.
Misalkan bit pada image dengan ukuran 3 pixel
sebagai berikut :

(0011111 11101001 11001000)

(0011111 11001000 11101001)

(1100000 00100111 11101001)
Pesan yang akan disisipkan adalah karakter ‘A’ yang
memiliki biner 10000001, stego image yang akan
dihasilkan adalah :

(0011111 11101000 11001000)

(0011110 11001000 11101000)

(1100000 00100111 11101001)

Ada dua teknik yang dapat digunakan pada
LSB, yaitu penyisipan secara sekuensial dan secara
acak. Penyisipan sekuensial dilakukan berurutan
sedangkan acak dialakukan dengan acak pada image
dengan memasukan kata kunci (stego key)

2.3 End Of File (EOF)
Selain teknik diatas, salah satu teknik lain
dari Steganografi adalah End Of File (EOF). Teknik
ini tidak jauh beda dengan teknik LSB. Jika LSB
menambahakan data file pada akhir bit-nya, maka
EOF langsung menambahkan data diakhir file
image.

Untuk teknik ini dapat menambahkan data
atau file yang akan disembunyikan lebih dari ukuran
file image. Data yang disembunyikan tersebut akan
disisipkan pada akhir file sehingga file image akan
terlihat sedikit berbeda dengan aslinya. Ada penanda
khusus yang terlihat dari file image di paling bawah
seperti garis-garis.


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Kebutuhan Sistem
Pada analisis kebutuhan Sistem akan dibahas
beberapa kebutuhan dan persyaratan terkait dengan
input, proses, dan output sistem. Kebutuhan
(persyaratan) ini diperoleh berdasarkan dari teori
yang sudah dijelaskan sebelumnya juga dari sumber
referensi. Berdasarkan hasil analisa tersebut
kebutuhan Sistem antara lain seberikut :

3.1.1 Kebutuhan Input
Sistem yang akan dibandingkan
membutuhkan beberapa data input, antara lain :

a. Input data pertama : image
b. Input data kedua : file yang berupa teks
3.1.2 Kebutuhan Proses
Proses yang dibutuhkan untuk mengolah data
input menjadi output berupa stego image. Proses
yang terjadi adalah proses enkripsi dari file yang
berupa teks ke dalam image tanpa mengubah
kualitas dari image.

3.1.3 Kebutuhan Output
Output yang dihasilkan dari sistem adalah
stego image.

3.2 Hasil Perbandingan
Dari metode yang telah penulis uji, metode
End Of File (EOF) dengan Least Significant Bit
(LSB) tidak begitu banyak perbedaan dalam alur
algoritmanya, namun terdapat perbedaan yaitu pada
pesan yang di sisipi dan output.

Pada metode LSB, pesan yang di sisipi
ukurannya harus lebih kecil dari citra yang akan di
sisipi, tetapi lain halnya pada metode EOF ukuran
pesan yang akan di sisipi bisa lebih besar dari
ukuran citranya. Pada metode LSB citra yang telah
di sisipi pesan (hidden text) tidak terlalu

mempengaruhi ukuran citranya, tetapi akan
mempengaruhi kualitas citranya. Sedangkan pada
metode EOF, kualitas citra setelah di sisipi pesan
tidak berubah, tetapi akan mengubah ukuran
citranya.

Misalkan kita memiliki citra asal yang
berukuran 150x200 piksel. Pesan yang disisipkan
ada 422 karakter. Ukuran citra setelah disisipkan
menjadi 153x200, dengan kata lain 422 karakter
yang ada memakan tempat sebanyak 3 baris.

Oleh karena itu, jika kita perhatikan pada
citra setelah disisipi pesan, akan nampak seperti
garis-garis tambahan dibagian paling bawah citra.



4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan
oleh penulis dapat disimpulkan bahwa :

a.
Jika dilihat berdasarkan ukuran stego image
LSB lebih baik karena tidak mengubah
ukuran file yang disisipi, namun untuk
kualitas image, LSB banyak mengurangi
kualitas image yang semula.
b.
Untuk kualitas image, EOF lebih baik
karena kualitas image tetap terjaga, namun
ukuran file lebih besar dari sebelum disisipi
oleh pesan.
Studi pustaka ini dilakukan untuk mempelajari
metode – metode yang ada untuk membantu penulis
mengembangkan aplikasi steganografi.

Membuat steganografi sederhana

Dalam tulisan steganografi sebelumnya tertinggal contoh steganografi sederhana yang saya buat. Saya sebut sederhana karena membuatnya memang dengan cara yang sederhana dan tentu untuk mengenalinya pun sangat sederhana. Walaupun begitu, bila kita tidak diberitahu tentang adanya pesan tersembunyi, tetap perlu kejelian dan ketelitian untuk mendapatkannya. 
Dalam contoh ini saya menggunakan file .fpg dan microsoft powerpoint untuk mengirimkan pesan. Pesan rahasia yang disembunyikan itu saya bungkus dalam sebuah pesan lain yang disertai gambar desain baju. Silakan meneliti dimanakah pesan itu disembunyikan.Ini pesannya : stegano-contoh.ppt 
Kelemahan steganografi ini adalah bila kita mengubah format pesan yang dikirimkan, maka pesan rahasianya pun menjadi hilang.





  Steganografi



Dalam peristiwa penyerangan gedung WTC tanggal 11 September 2001 disebutkan oleh "pejabat pemerintah dan para ahli dari pemerintahan AS" yang tidak disebut namanya bahwa "para teroris menyembunyikan peta-peta dan foto-foto target dan juga perintah untuk aktivitas teroris di ruang chat sport, bulletin boards porno dan web site lainnya". Isu lainnya menyebutkan bahwa teroris menyembunyikan pesan-pesannya dalam gambar-gambar porno di web site tertentu. Walaupun demikian sebenarnya belum ada bukti nyata dari pernyataan-pernyataan tersebut diatas.

Teknik diatas, yang dikenal sebagai Steganografi merupakan seni untuk menyembunyikan pesan di dalam pesan lainnya sedemikian rupa sehingga orang lain tidak menyadari ada sesuatu di dalam pesan tersebut. Kata steganografi (steganography) berasal dari bahasa Yunani steganos, yang artinya 'tersembunyi/terselubung', dan graphein, 'menulis' sehingga kurang lebih artinya "menulis (tulisan) terselubung". Teknik ini meliputi banyak sekali metoda komunikasi untuk menyembunyikan pesan rahasia. Metoda ini termasuk tinta yang tidak tampak, microdots, pengaturan kata, tanda tangan digital, jalur tersembunyi dan komunikasi spektrum lebar.

Walaupun steganografi dapat dikatakan mempunyai hubungan yang erat dengan kriptografi, tapi metoda ini sangat berbeda dengan kriptografi. Kriptografi mengacak pesan sehingga tidak dimengerti, sedangkan steganografi menyembunyikan pesan sehingga tidak terlihat. Pesan dalam cipherteks mungkin akan menimbulkan kecurigaan sedangkan pesan yang dibuat dengan steganografi tidak akan. Kedua teknik ini dapat digabungkan untuk mendapatkan metoda pengiriman rahasia yang sulit dilacak. Pertama pesan dienkrip, kemudian cipherteks disembunyikan dengan cara steganografi pada media yang tampak tidak mencurigakan. Cara ini sangat berguna jika digunakan pada cara steganografi komputer karena banyak format file digital yang dapat dijadikan media untuk menyembunyikan pesan. Format yang biasa digunakan diantaranya:

  • Format image: bitmap (bmp), gif, pcx, jpeg, dll.
  • Format audio: wav, voc, mp3, dll.
  • Format lain: teks file, html, pdf, dll.
Metoda yang digunakan untuk menyembunyikan pesan pada media digital tersebut berbeda-beda. Contohnya pada file image pesan dapat disembunyikan dengan menggunakan cara menyisipkanya pada bit rendah (lsb) pada data pixel yang menyusun file tersebut. Seperti kita ketahui untuk file bitmap 24 bit maka setiap pixel (titik) pada gambar tersebut terdiri dari susunan tiga warna merah, hijau dan biru (RGB) yang masing-masing disusun oleh bilangan 8 bit (byte) dari 0 sampai 255 atau dengan format biner 00000000 sampai 11111111. Dengan demikian pada setiap pixel file bitmap 24 bit kita dapat menyisipkan 3 bit data. Contohnya huruf A dapat kita sisipkan dalam 3 pixel, misalnya data raster original adalah sebagai berikut:

(00100111 11101001 11001000)
(00100111 11001000 11101001)
(11001000 00100111 11101001)

Sedangkan representasi biner huruf A adalah
10000011. Dengan menyisipkan-nya pada data pixel diatas maka akan dihasilkan:

(00100111 11101000 11001000)
(00100110 11001000 11101000)
(11001001 00100111 11101001)


Terlihat hanya empat bit rendah yang berubah, untuk mata manusia maka tidak akan tampak perubahannya. Secara rata-rata dengan metoda ini hanya setengah dari data bit rendah yang berubah, sehingga bila dibutuhkan dapat digunakan bit rendah kedua bahkan ketiga.

Steganografi (steganography) adalah ilmu dan seni menyembunyikan pesan rahasia di dalam pesan lain sehingga keberadaan pesan rahasia tersebut tidak dapat diketahui. Steganografi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “steganos” yang artinya “tulisan tersembunyi (covered writing)”.
Steganografi membutuhkan dua poperti yaitu media penampung dan pesan rahasia. Media penampung yang umum digunakan adalah gambar, suara, video atau teks. Pesan yang disembunyikan dapat berupa sebuah artikel, gambar, daftar barang, kode program atau pesan lain.

Penggunaan steganografi antara lain bertujuan untuk menyamarkan eksistensi (keberadaan) data rahasia sehingga sulit dideteksi dan melidungi hak cipta suatu produk. Steganografi dapat dipandang sebagai kelanjutan kriptografi. Jika pada kriptografi, data yang telah disandikan (ciphertext) tetap tersedia, maka dengan steganografi ciphertext dapat disembunyikan sehingga pihak ketiga tidak mengetahui keberadaannya. Data rahasia yang disembunyikan dapat diekstraksi kembali persis sama seperti keadaan aslinya.

Keuntungan steganografi dibandingkan dengan kriptografi adalah bahwa pesan yang dikirim tidak menarik perhatian sehingga media penampung yang membawa pesan tidak menimbulkan kecurigaan bagi pihak ketiga. Ini berbeda dengan kriptografi dimana ciphertext menimbulkan kecurigaan bahwa pesan tersebut merupakan pesan rahasia.

Terdapat beberapa cara untuk menyembunyikan informasi pada citra digital. Pendekatan yang umum dilakukan yaitu:
- LSB
- Masking dan Filtering
- Algoritma dan Transformasi : DCT, Fast Fourier Transformation (FFT) dan Transformasi Wavelet.

Teknik Penyembunyian Data
Penyembunyian data dilakukan dengan mengganti bit-bit data di dalam segmen citra dengan bit-bit data rahasia. Hingga saat ini sudah banyak dikemukakan oleh para ilmuwan metode-metode penyembunyian data. Metode yang paling sederhana adalah metode modifikasi LSB. Pada susunan bit di dalam sebuah byte (1 byte = 8 bit), ada bit yang paling berarti (most significant bit atau MSB) dan bit yang paling kurang berarti yaitu LSB.

Misalnya pada byte 11010010, bit 1 yang pertama (digarisbawahi) adalah bit MSB dan bit 0 yang terakhir (digarisbawahi) adalah bit LSB. Bit yang cocok untuk diganti adalah bit LSB, sebab perubahan tersebut hanya mengubah nilai byte tersebut satu lebih tinggi atau satu lebih rendah dari nilai sebelumnya. Misalkan byte tersebut menyatakan warna tertentu, maka perubahan satu bit LSB tidak mengubah warna keabuan tersebut secara berarti. Selain itu, mata manusia tidak dapat membedakan perubahan yang kecil.

Untuk memperkuat penyembunyian data, bit-bit data tidak digunakan untuk mengganti byte-byte yang berurutan, namun dipilih susunan byte secara acak. Misalnya jika terdapat 50 byte dan 6 bit data yang akan disembunyikan, maka byte yang diganti bit LSB-nya dipilih secara acak, misalkan byte nomor 36, 5, 21, 10, 18, 49.

Bilangan acak dibangkitkan dengan PRNG. PRNG menggunakan kunci rahasia untuk membangkitkan posisi pixel yang akan digunakan untuk menyembunyikan bit-bit. PRNG dibangun dalam sejumlah cara, salah satunya dengan menggunakan algoritma kriptografi DES (Data Encryption Standard), algoritma hash MD5 dan mode kriptografi CFB (Chiper-Feedback Mode). Tujuan dari enkripsi adalah menghasilkan sekumpulan bilangan acak yang sama untuk setiap kunci enkripsi yang sama. Bilangan acak dihasilkan dengan cara memilih bit-bit dari sebuah blok data hasil enkripsi.

Teknik Pengungkapan Data
Data yang disembunyikan di dalam citra dapat dibaca kembali dengan cara pengungkapan (reveal atau extraction). Posisi byte yang menyimpan bit data dapat diketahui dari bilangan acak yang dibangkitkan oleh PRNG. Karena algoritma kriptografi yang digunakan menggunakan kunci pada proses enkripsi, maka kunci yang sama digunakan untuk membangkitkan bilangan acak. Bilangan acak yang dihasilkan sama dengan bilangan acak yang dipakai pada waktu penyembunyian data. Dengan demikian, bit-bit data rahasia yang bertaburan di dalam citra dapat dikumpulkan kembali.

Steganografi OutGuess
OutGuess (dibuat oleh Niels Provos) adalah sistem steganografi yang memperbaiki langkah pengkodean dengan menggunakan PRNG untuk memilih koefisien DCT secara random. LSB dari koefisien DCT yang terpilih diganti dengan data pesan..

Agoritma OutGuess versi 0.1 adalah sebagai berikut :
Input : message, shared secret, cover image
Output : stego image
initialize PRNG with shared secret
while data left to embed do
get pseudo-random DCT coefficient from cover image
if DCT ≠ 0 and DCT ≠1 then
get next bit from message
replace DCT LSB with message
end if
insert DCT into stego image
end while

Pada proses ini memerlukan sebuah inputan berupa citra digital berwarna dalam format (*.bmp) dan (*.jpg). Pesan rahasia yang disisipkan ke dalam citra digital dalam bentuk teks.
Steganografi OutGuess terdiri dari tujuh tahap, antara lain : luminance, tahap persiapan, transformasi DCT, quantisasi, tahap penyisipan pesan, dequantisasi dan transformasi IDCT.

Luminance
Cover-image yang bertipe RGB (Red, Green, Blue), dimana setiap pixel terdiri atas komposisi tiga variabel yang berisi nilai masing – masing warna diubah menjadi satu koefisien luminance (nilai Y : intensitas warna keseluruhan pada gambar) yang berupa bentuk hitam/putih dari gambar, dan dua koefisien chrominance (nilai Cb dan Cr : Cb merupakan kombinasi warna dari Biru/Kuning dan Cr merupakan kombinasi warna dari Merah/Hijau). YCbCr dapat diperoleh dari RGB dengan menggunakan rumus berikut :

Y = 0.2989R + 0.5870G + 0.1140B
Cb = (B–Y)*0.565
Cr = (R–Y)*0.713

Sedangkan, untuk konversi YCbCr ke RGB dapat dilakukan dengan rumus berikut :

R = Y + 1.403Cr
G = Y – 0.344Cb – 0.714Cr
B = Y + 1.770Cb

Penyisipan pesan rahasia dilakukan pada nilai warna luminance, karena mata manusia pada dasarnya lebih peka terhadap intensitas (luminance) dibanding terhadap warna (chrominance). Pada channel warna ini berpengaruh pada terang/gelap nya image, sehingga stego-image yang dihasilkan akan terlihat lebih alami”. Berikut ini contoh dari gambar yang dikonversi menjadi YCbCr :
1.1 Sejarah Steganografi
Steganografi merupakan seni penyembunyian pesan ke dalam pesan lainnya sedemikian
rupa sehingga orang lain tidak menyadari ada sesuatu di dalam pesan tersebut. Kata steganografi
(steganography) berasal dari bahasa Yunani yaitu steganos yang artinya tersembunyi atau
terselubung dan graphein, yang artinya menulis, sehingga kurang lebih artinya adalah “menulis
tulisan yang tersembunyi atau terselubung” (Sellars, 1996). Teknik ini meliputi banyak sekali
metoda komunikasi untuk menyembunyikan pesan rahasia. Metoda ini termasuk tinta yang tidak
tampak, microdots, pengaturan kata, tanda tangan digital, jalur tersembunyi dan komunikasi
spektrum lebar.

Catatan pertama tentang steganografi ditulis oleh seorang sejarawan Yunani, Herodotus,
yaitu ketika Histaeus seorang raja kejam Yunani dipenjarakan oleh Raja Darius di Susa pada abad 5Sebelum Masehi. Histaeus harus mengirim pesan rahasia kepada anak laki-lakinya, Aristagoras, di
Militus. Histaeus menulis pesan dengan cara mentato pesan pada kulit kepala seorang budak dan
ketika rambut budak itu mulai tumbuh, Histaeus mengutus budak itu ke Militus untuk mengirim
pesan di kulit kepalanya tersebut kepada Aristagoras.

Cerita lain tentang steganografi datang juga dari sejarawan Yunani, Herodotus, yaitu dengan
cara menulis pesan pada papan kayu yang ditutup dengan lilin. Demeratus, seorang Yunani yang
akan mengabarkan berita kepada Sparta bahwa Xerxes bermaksud menyerbu Yunani. Agar tidak
diketahui pihak Xerxes, Demaratus menulis pesan dengan cara mengisi tabung kayu dengan lilin dan
menulis pesan dengan cara mengukirnya pada bagian bawah kayu, lalu papan kayu tersebut
dimasukkan ke dalam tabung kayu, kemudian tabung kayu ditutup kembali dengan lilin.

Teknik steganografi yang lain adalah tinta yang tak terlihat. Teknik ini pertama digunakan
pada zaman Romawi kuno yaitu dengan menggunakan air sari buah jeruk, urine atau susu sebagai
tinta untuk menulis pesan. Cara membacanya adalah dengan dipanaskan di atas nyala lilin, tinta yang
sebelumnya tidak terlihat, ketika terkena panas akan berangsur-angsur menjadi gelap, sehingga
pesan dapat dibaca. Teknik ini pernah juga digunakan pada Perang Dunia II.

Pada abad 20, steganografi benar-benar mengalami perkembangan. Selama berlangsung
perang Boer, Lord Boden Powell (pendiri gerakan kepanduan) yang bertugas untuk membuat tanda
posisi sasaran dari basis artileri tentara Boer, untuk alasan keamanan, Boden Powell menggambar
peta-peta posisi musuh pada sayap kupu-kupu agar gambar-gambar peta sasaran tersebut
terkamuflase.

Perang Dunia II adalah periode pengembangan teknik-teknik baru steganografi. Pada awal
Perang Dunia II walaupun masih digunakan teknik tinta yang tak terlihat, namun teknik-teknik baru
mulai dikembangkan seperti menulis pesan rahasia ke dalam kalimat lain yang tidak berhubungan
langsung dengan isi pesan rahasia tersebut, kemudian teknik menulis pesan rahasia ke dalam pita
koreksi karbon mesin ketik, dan juga teknik menggunakan pin berlubang untuk menandai kalimat
terpilih yang digunakan dalam pesan, teknik terakhir adalah microdots yang dikembangkan oleh
tentara Jerman pada akhir Perang Dunia II.

Dari contoh-contoh steganografi konvensional tersebut dapat dilihat bahwa semua teknik
steganografi konvensional berusaha merahasiakan komunikasi dengan cara menyembunyikan pesan
ataupun mengkamuflase pesan. Maka sesungguhnya prinsip dasar dalam steganografi lebih
dikonsentrasikan pada kerahasian komunikasinya bukan pada datanya (Johnson, 1995).

Seiring dengan perkembangan teknologi terutama teknologi komputasi, steganografi
merambah juga ke media digital, walaupun steganografi dapat dikatakan mempunyai hubungan erat
dengan kriptografi, tetapi kedua metode ini sangat berbeda.

1.2 Steganografi Pada Media Digital File Gambar
Pada komputer, gambar yang tampil di layar monitor merupakan kumpulan array yang
merepresentasikan intensitas cahaya yang bervariasi pada pixel. Pixel adalah titik di layar monitor
yang dapat diatur untuk menampilkan warna tertentu. Pixel disusun di layar monitor dalam susunan
baris dan kolom. Susunan pixel dalam baris dan kolom ini yang dinamakan resolusi monitor.
Resolusi monitor yang sering dijumpai adalah 640x480, 800x600, 1024x768. Resolusi 640x480
akan menampilkan pixel sejumlah 640 baris dan 480 kolom, sehingga total pixel yang digunakan
640x480 = 307.200 pixel. Melalui pixel inilah suatu gambar dapat dimanipulasi untuk menyimpan
informasi yang akan digunakan sebagai salah satu pengimplementasian steganografi.

Steganografi pada media digital file gambar digunakan untuk mengeksploitasi keterbatasan
kekuatan sistem penglihatan manusia dengan cara menurunkan kualitas warna pada file gambar yang
belum disisipi pesan rahasia. Sehingga dengan keterbatasan tersebut manusia sulit menemukan
gradasi penurunan kualitas warna pada file gambar yang telah disisipi pesan rahasia.


Abstrak

Makalah ini membahas tentang steganografi dalam file audio yang berekstensi mp3. Dalam perjalanan
pembahasan makalah, dirunut suatu perkembangan teknologi dalam dunia telekomunikasi yaitu tentang
penyembunyian informasi dalam proses komunikasi. Sejarah yang berjalan akhirnya memunculkan suatu
teknik penyembunyian pesan yang disebut steganografi.

Perkembangan steganografi mulai merambah ke dunia dijital yang dalam makalah ini dikhususkan dalam
file audio mp3. Teknik-teknik dalam melakukan pengembangan suatu proses steganografi dibahas secara
singkat. Makalah juga mencoba menyajikan proses steganografi dalam perbandingan-perbandingan file
audio dengan berdasarkan rumus-rumus yang ada pada literatur yang ada. Rumus-rumus tersebut berkisar
antara HVS, PSNR, Capacity, dan alogritma lainnya.

Sebuah perangkat lunak bernama MP3 Stego digunakan untuk membantu proses observasi permasalahan
dan menyelesaikan prose steganografi. MP3 Stego dicoba, diamati, dan dihipotesakan saran-saran
pengembangan untuk kedepannya. Makalah juga mencoba untuk menilik sebagian kecil dari proses
implementasi steganografi file MP3 dari sudut pandang lainnya.

Setelah melihat lebih dalam tentang audio steganografi khususnya pada file audio MP3 cukup berprospek
dalam pengembangan selanjutnya. Baik dikaji dari faktor psikologis dan teknis, ternyata media MP3
merupakan media yang sangat tepat untuk menjadi media penyembunyian pesan. Selain itu ternyata
steganografi juga bisa digunakan dalam target yang lebih mendalam dan luas lagi antara lain sebagai saran
kampanye, pemberitahuan, komunikasi organisasi, dan lain-lain.

Kata kunci : MP3, Steganografi,
Apa itu steganografi ? sebagai seni untuk menyamarkan atau

menyembunyikan pesan rahasia tertulis ke dalam
Sekilas dari sejarah penyembunyian dan pesan lainnya dengan segala cara sehingga selain
pengiriman pesan serta steganografi orang yang dituju, orang lain tidak akan tahu

pesan rahasia apa yang sebenarnya ingin
Kata steganografi pada awalnya berasal dari kata disampaikan.
steganos. Steganos sendiri sebenarnya
merupakan kata dari bahasa Yunani. Kata Steganografi sudah diadakan sejak dulu untuk
steganos lebih lengkapnya : steganos memiliki berbagai kebutuhan. Seperti yang kita ketahui,
arti penyamaran atau penyembunyian dan suatu barang teknologi atau produk teknologi
graphein atau graptos memiliki arti tulisan. akan lahir dari sebuah kebutuhan untuk
Pengertian steganografi yang cukup sering mencapai suatu kondisi yang lebih baik lagi.
digunakan dalam pembelajaran dengan Kebutuhan ini senantiasa berevolosi dan
metodologi sejarah adalah menulis tulisan yang disempurnakan terus menerus. Dulunya orang
tersembunyi atau terselubung” (Sellars, 1996). hanya ingin menyembunyikan teks, yaitu dengan

menyembunyikannya di kertas dan disimpan
Jadi secara harafiah dan dalam pengertian yang baik-baik dengan rahasia. Penyembunyian pesan
didewasakan steganografi dapat diartikan ini kemudian menjadi berubah fungsi menjadi



pengiriman pesan rahasia. Hal ini terjadi karena
adanya kebutuhan bahwa harus ada orang lain
yang dapat menerima pesan rahasia ini dengan
menjaga nilai-nilai yang ada seperti kerahasiaan
pesan dan ketersampaian pesan dengan baik
sehingga orang yang menerima pesan tersebut
akan dapat mengerti arti pesan tersebut.

Hal pengiriman pesan ini tadinya hanya
dilakukan menggunakan pengawal untuk
melindungi pesan dan menjaga kerahasiaan.
Semakin lama, seiring dengan berjalannya
zaman dimana kekerasan tidak lagi dianggap
rasional lagi. Hal ini menimbulkan kerahasiaan
pesan tidak lagi dijaga dengan menggunakan
kekerasan melainkan dengan metodologimetodologi
baru seperti enkripsi pada pesan.
Proses penyamaran ini semakin lama semakin
berkembang juga seiring dengan bertambahnya
kebutuhan dan keinginan dengan kontinuitas
yang tinggi.

Seluruh ulasan dan ringkasan diatas akhirnya
mengarah pada suatu teknik steganografi.

Catatan pertama tentang steganografi ditulis oleh
seorang sejarawan Yunani, Herodotus, yaitu
ketika Histaeus seorang raja kejam Yunani
dipenjarakan oleh Raja Darius di Susa pada abad
5 sebelum Masehi. Histaeus harus mengirim
pesan rahasia kepada anak laki-lakinya,
Aristagoras, di Militus. Histaeus menulis pesan
dengan cara mentato pesan pada kulit kepala
seorang budak dan ketika rambut budak itu
mulai tumbuh, Histaeus mengutus budak itu ke
Militus untuk mengirim pesan di kulit kepalanya
tersebut kepada Aristagoras.

Cerita lain tentang steganografi datang juga dari
sejarawan Yunani, Herodotus, yaitu dengan cara
menulis pesan pada papan kayu yang ditutup
dengan lilin. Demeratus, seorang Yunani yang
akan mengabarkan berita kepada Sparta bahwa
Xerxes bermaksud menyerbu Yunani. Agar tidak
diketahui pihak Xerxes, Demaratus menulis
pesan dengan cara mengisi tabung kayu dengan
lilin dan menulis pesan dengan cara
mengukirnya pada bagian bawah kayu, lalu
papan kayu tersebut dimasukkan ke dalam
tabung kayu, kemudian tabung kayu ditutup
kembali dengan lilin.

Teknik steganografi yang lain adalah tinta yang
tak terlihat. Teknik ini pertama digunakan pada
zaman Romawi kuno yaitu dengan menggunakan
air sari buah jeruk, urine atau susu sebagai tinta

untuk menulis pesan. Cara membacanya adalah
dengan dipanaskan di atas nyala lilin, tinta yang
sebelumnya tidak terlihat, ketika terkena panas
akan berangsur-angsur menjadi gelap, sehingga
pesan dapat dibaca. Teknik ini pernah juga
digunakan pada Perang Dunia II.

Steganografi, tepatnya dari 2500 tahun lalu
sudah dipakai untuk berbagai kebutuhan seperti
kepentingan politik, militer diplomatik, serta
untuk kepentingan pribadi yaitu alat komunikasi
pribadi. Beberapa penggunaan steganografi pada
masa lampau bisa kita lihat dalam beberapa
instans berikut ini :

Pada perang dunia II, Jerman menggunakan
microdots untuk berkomunikasi. Penggnaan
teknik ini biasa digunakan pada microfilm
chip yang harus diperbesar sekitar 200 kali.
Dalam hal ini Jerman menggunakan
steganografi untuk kebutuhan Perang
sehingga pesan rahasia strategi atau apapun
tidak bisa diketahui oleh pihak lawan.
Teknologi yang digunakan dalam hal ini
adalah teknologi baru yang pada saat itu
belum bisa digunakan oleh pihak lawan.
Pada perang dunia II, Amerika Serikat
menggunakan suku Indian Navajo sebagai
media untuk berkomunikasi. Dalam hal ini
Amerika Serikat menggunakan steganografi
untuk kebutuhan berperang. Amerika
Serikat menggunakan teknologi kebudayaan
sebagai suatu alat dalam steganografi.
Teknologi kebudayaan yang dimiliki
Amerika Serikat ini tidak diketahui atau
dimiliki oleh pihak lawan.
Dari catatan sejarah, pengalaman, dan contohcontoh
steganografi konvensional tersebut, dapat
kita lihat dan sintesiskan bahwa semua teknik
steganografi konvensional yang pernah
dilakukan selalu berusaha merahasiakan
komunikasi yang ingin dirahasiakan dengan cara
menyembunyikan pesan, mengkamuflase
ataupun menyamarkan pesan.

Jadi sesungguhnya prinsip dasar dalam
steganografi lebih dikonsentrasikan pada
kerahasian komunikasinya bukan pada datanya
(Johnson, 1995).

Perkembangan teknologi yang semakin pesat
terutama teknologi komputasi dan teknologi
media yang semakin bervariasi dan semakin
fleksibel untuk dimanipulasi, steganografi
merambah juga ke media digital, walaupun
steganografi dapat dikatakan mempunyai



hubungan erat dengan kriptografi, tetapi kedua
metode ini sangat berbeda.

Pengertian Steganografi

Setelah mengamati runtutan sejarah dan
perkembangan pengertian serta penggunaan,
maka dapat disimpulkan bahwa steganografi
merupakan ilmu yang mempelajari, meneliti, dan
mengembangkan seni menyembunyikan sesuatu
informasi. Steganografi dapat dipandang atau
dikelompokkan sebagai salah satu bagian atau
cabang dari ilmu komunikasi. Kata steganografi
berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tulisan
tersembunyi”. Pada era informasi digital,
steganografi merupakan teknik dan seni
menyembunyikan informasi dan data digital
dibalik informasi digital lain, sehingga informasi
digital yang sesungguhnya tidak kelihatan atau
dapat tersamarkan..

Secara teori, semua file umum yang ada di dalam
komputer dapat digunakan sebagai media, seperti
file gambar berformat JPG, GIF, BMP, atau di
dalam musik MP3, atau bahkan di dalam sebuah
film dengan format WAV atau AVI. Semua
dapat dijadikan tempat bersembunyi, asalkan file
tersebut memiliki bit-bit data redundan yang
dapat dimodifikasi. Setelah dimodifikasi file
media tersebut tidak akan banyak terganggu
fungsinya dan kualitasnya tidak akan jauh
berbeda dengan aslinya. Proses penyimpanan
dengan memanfaatkan bit-bit ini sangatlah
dikembangkan pada era ini karena lebih mudah
dilakukan (teknologi komputasi yang semakin
berkembang) dan lebih sulit dicurigai atau lebih
baik dalam masalah keamananya (media dijital
merupakan media yang sudah banyak diketahui
orang dan memiliki kegunaan tersendiri sehingga
orang akan memandangnya sebagai media yang
memang untuk dipakai sesuai bentuknya).

Adapun proses yang biasa terjadi dalam proses
steganografi sebagai berikut :


File MP3

MPEG (Moving Picture Expert Group)-1 audio
layer III atau yang lebih dikenal dengan MP3,
adalah salah satu dari pengkodean dalam digital
audio dan juga merupakan format kompresi
audio yang memiliki sifat “menghilangkan”.
Istilah menghilangkan yang dimaksud adalah
kompresi audio ke dalam format mp3
menghilangkan aspek-aspek yang tidak
signifikan pada pendengaran manusia untuk
mengurangi besarnya file audio.

Sejarah mp3 dimulai dari tahun 1991 saat
proposal dari Phillips (Belanda), CCET
(Perancis), dan Institut für Rundfunktechnik
(Jerman) memenankan proyek untuk DAB
(Digital Audio Broadcast). Produk mereka
Musicam (akan lebih dikenal dengan layer 2)
tewrpilih karena kesederhanaan, ketahanan
terhadap kesalahan, dan perhitungan komputasi
yang sederhana untuk melakukan pengkodean
yang menghasilkan keluaran yang memiliki
kualitas tinggi. Pada akhirnya ide dan teknologi
yang digunakan dikembangkan menjadi MPEG1
audio layer 3.

MP3 adalah pengembangan dari teknologi
sebelumya sehingga dengan ukuran yang lebih
kecil dapat menghasilkan kualitas yang setara
dengan kualitas CD. Spesifikasi dari layer-layer
sebagai berikut:

Layer 1: paling baik pada 384 kbit/s
Layer 2: paling baik pada 256...384
kbit/s, sangat baik pada 224...256 kbit/,
baik pada 192...224 kbit/s
Layer 3: paling baik pada 224...320
kbit/s, sangat baik pada 192...224 kbit/s,
baik pada 128...192 kbit/s


Kompresi pada MP3

Kompresi yang dilakukan oleh mp3 seperti yang
telah disebutkan diatas, tidak mempertahankan
bentuk asli dari sinyal input. Melainkan yang
dilakukan adalah menghilangkan suara-suara
yang keberadaannya kurang/tidak signifikan bagi
sistem pendengaran manusia. Proses yang
dilakukan adalah :

Tahap 1
menggunakan model dari sistem pendengaran
manusia dan menentukan bagian yang terdengar
bagi sistem pendengaran manusia.
Tahap 2.
Setelah itu sinyal input yang memiliki domain
waktu dibagi menjadi blok-blok dan
ditransformasi menjadi domain frekuensi.
Tahap 3.
Kemudian model dari sistem pendengaran
manusia dibandingkan dengan sinyal input dan
dilakukan proses pemfilteran yang menghasilkan
sinyal dengan range frekuensi yang signifikan
bagi sistem pendengaran manusia.

Proses diatas adalah proses pengirisan dua sinyal
yaitu sinyal input dan sinyal model sistem
pendengaran manusia.

Tahap 4.
Langkah terakhir adalah kuantisasi data, dimana
data yang terkumpul setelah pemfilteran akan
dikumpulkan menjadi satu keluaran dan
dilakukan pengkodean dengan hasil akhir file
dengan format mp3.

Proses pengkompresian mp3 dapat menghasilkan
keluaran yang hampir setara dengan aslinya
disebabkan oleh kelemahan dari sistem
pendengaran manusia yang dapat dieksploitasi.
Berikut adalah beberapa kelemahan dari sistem
pendengaran manusia yang digunakan dalam
pemodelan:

Terdapat beberapa suara yang tidak
dapat didengar oleh manusia (diluar
jangkauan frekuensi 30-30.000 Hz).
Terdapat beberapa suara yang dapat
terdengar lebih baik bagi pendengaran
manusia dibandingkan suara lainnya.
Bila terdapat dua suara yang
dikeluarkan secara simultan, maka
pendengaran manusia akan mendengar


yang lebih keras sedangkan yang lebih
pelan akan tidak terdengar.

File Gambar

Pada komputer, suatu gambar adalah suatu array
dari bilangan yang merepresentasikan intensitas
terang pada point yang bervariasi (pixel). Pixel
ini menghasilkan raster data gambar. Suatu
ukuran gambar yang umum adalah 640 x 480
pixel dan 256 warna (atau 8 bit per pixel). Suatu
gambar akan berisi kira-kira 300 kilobit data.

Gambar digital disimpan juga secara khusus di
dalam file 24-bit atau 8-bit. Gambar 24-bit
menyediakan lebih banyak ruang untuk
menyembunyikan informasi; bagaimanapun, itu
dapat sungguh besar (dengan perkecualian
gambar JPEG). Semua variasi warna untuk pixel
yang diperoleh dari tiga warna dasar: merah,
hijau dan biru. Setiap warna dasar
direpresentasikan dengan 1 byte; gambar 24-bit
menggunakan 3 byte per pixel untuk
merepresentasikan suatu nilai warna. 3 byte ini
dapat direpresentasikan sebagai nilai
hexadecimal, decimal, dan biner. Dalam banyak
halaman Web, warna latar belakang
direpresentasikan dengan bilangan 6 digit
hexadecimal, yang aktualnya tiga ikatan
merepresentasikan merah, hijau dan biru. Latar
belakang putih akan mempunyai nilai FFFFFF:
100% merah (FF), 100% hijau (FF) dan 100%
biru (FF). Nilai decimal-nya 255,255,255 dan
nilai biner-nya adalah 11111111, 11111111,
11111111, yang adalah tiga byte yang
menghasilkan putih.

Definisi latar belakang putih adalah analog
dengan definisi warna dari pixel tunggal dalam
suatu gambar. Pixel merepresentasikan
kontribusi pada ukuran file. Untuk contoh,
andaikan kita mempunyai gambar 24-bit luasnya
1,024 pixel dengan ketinggian 768 pixel, yang
merupakan resolusi umum untuk grafik
beresolusi tinggi. Suatu gambar mempunyai
lebih dari dua juta pixel, masing-masing
mempunyai definisi yang akan menghasilkan
suatu kelebihan file 2 Mbyte. Karena gambar 24bit
masih relative tidak umum pada internet,
ukuran seperti ini akan menarik perhatian selama
transmisi. Kompresi file akan menguntungkan,
jika tidak perlu transmisi file seperti itu.

Kompresi pada File Gambar

Dua kandungan dari kompresi adalah lossless
dan lossy. Kedua metoda ini menghemat ruang
penyimpanan tetapi mempunyai hasil yang
berbeda, yang bertentangan dengan
penyembunyian informasi. Kompresi lossless
membiarkan kita merekonstruksi pesan asli yang
sama; oleh karena itu, lebih disukai ketika
informasi asli harus tetap utuh (seperti dengan
gambar steganography). Kompresi lossless
khusus untuk gambar yang tersimpan sebagai
GIF (Graphic Interchange Format) dan BMP 8bit
(file bitmap Microsoft Windows dan OS/2 ).

Kompresi lossy, pada penanganan lainnya,
menghemat ruangan tetapi tidak menjaga
integritas gambar aslinya. Metoda ini secara
khusus untuk gambar yang tersimpan sebagai
JPEG (Joint Photographic Experts Group).

Kenapa harus MP3 ?

Kepopuleran dari mp3 yang sampai saat ini
belum tersaingi disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama mp3 dapat didistribusikan dengan
mudah dan hampir tanpa biaya., walaupun
sebenarnya hak paten dari mp3 telah dimiliki dan
penyebaran mp3 seharusnya dikenai biaya.
Walaupun begitu, pemilik hak paten dari mp3
telah memberikan pernyataan bahwa penggunaan
mp3 untuk keperluan perorangan tidak dikenai
biaya. Keuntungan lainnya adalah kemudahaan
akses mp3, dimana banyak sofware yang dapat
menghasilkan file mp3 dari CD dan keberadaan
file mp3 yang bersifat ubiquitos (kosmopolit).

Pada perbandingan kualitas suara antara
beberapa format kompresi audio hasil yang
dihasilkan bervariasi pada bitrate yang berbeda,
perbandingan berdasarkan codec yang
digunakan. Pada 128 kbit/s, LAME MP3 unggul
sedikit dibandingkan dengan Ogg Vorbis, AAC,
MPC and WMA Pro. Kemudian pada 64
kbit/s,AAC-HE dan mp3pro menjadi yang
teratas diantara codec lainnya. Dan untuk diatas
128 kbit/s tidak terdengar perbedaan yang
signifikan. Pada umumnya format mp3 sekarang
menggunakan 128 kbit/s dan 192 kbit/s sehingga
hasil yang dihasilkan cukup baik.

Penggunaan MP3 sekarang menjadi sangat tinggi
karena pada dasarnya seorang manusia akan
lebih suka melakukan hal yang bisa menghibur
lebih dibandingkan hal yagn statik dan tidak
menghibur. Perbedaan ini membuat MP3 lebih
dipilih untuk digunakan dibandingkan
menggunakan file gambar. Dalam melakukan



penyembunyian pesan, akan lebih dipilih format
yang lebih lumrah digunakan sehingga tidak
menimbulkan kecurigaan yang terlalu berlebih.

Maka dari itu penggunaan mp3 sebagai salah
satu media steganografi merupakan langkah yang
baik. Lalu lintas pertukaran mp3 di internet
merupakan hal biasa sehingga steganografi
menggunakan mp3 adalah teknik yang baik
untuk mengamankan pesan rahasia melalui
media internet. Selain itu jika kita tidak bicara
dalam konteks internet, steganografi juga
menjadi media yang paling digemari karena
paling sering digunakan sebagai sarana hiburan.
Semakin sering file itu atau semakin terlihat file
itu maka akan semakin kecil kecurigaan bahwa
terdapat pesan tersembunyi dalam file tersebut.
Ada pepatah yang mengatakan :
“Tempat yang paling aman adalah di kandang
musuh”

Steganalysis dan Penggunaan Steganografi

Steganalysis merupakan suatu teknik atau yang
digunakan untuk mengungkapkan keberadaan
pesan tersembunyi atau tersamar dari
steganografi. Steganalysis menjadi suatu misteri
tersendiri untuk dapat diketahui bagaimana
teknik untuk melakukan proses dekripsi atau
pemecahan atau penemuan pesan tersebut.
Terdapat beberapa software yang dapat
melakukan analisa adanya penggunaan teknik
steganografi. Dalam praktiknya cara pemecahan
teknik apa yang digunakan dalam steganalysis
sendiri secara empirik berkisar diantara :

Menganalisa dari perubahan yang dilakukan
terhadap meta data file tersebut.
Menganalisa dari ciri-ciri file telah
menggunakan software tertentu untuk
steganografi.
Membandingkan file asli, lalu dicari
perbedaannya dan pola yang digunakan
sehingga dengan cara ini bukan saja dapat
diketahui file telah mengalami psoses
steganografi dapat pula diketahui pesan
yang disembunyikan.
Tetapi teknik steganalysis tidak dapat digunakan
untuk mengetahui pesan yang disembunyikan
bila ternyata pesan tersebut mengalami
kriptografi atau pengkodean pesan lagi. Jadi cara
yang baik untuk melakukan steganografi adalah
dengan melakukan asumsi bahwa orang akan
tahu bahwa ada pesan yang disembunyikan
sehingga dilakukan pengamanan lagi dengan
kriptografi. Pemilihan kriptografi juga jangan

dilakukan dengan sembarangan dan gunakan
yang sudah terbukti keampuhannya seperti 3DES
dan SHA-1.

Penggunaan steganografi khususnya digital
watermarking biasanya digunakan untuk
menyimpan informasi yang rahasia. Karena
ukuran pesan yang dapat disimpan menggunakan
digital watermarking relatif kecil, maka
informasi yang disimpan juga sesuatu yang
rahasia namun dalam ukuran kecil. Contoh
penggunaannya adalah untuk nomor PIN, nomor
rekening, nomor kunci public, dan sebagainya.
Selain itu penggunaan steganografi juga dapat
digunakan untuk untuk memberikan tanda
copyright terhadap file gambar, audio (seperti
mp3), dan video.

Dalam sudut pandang yang lebih negatif lagi kita
bisa memandang steganografi sebagai teknologi
yang berdampak buruk bagi kehidupan
masyarakat. Steganografi tenyata digunakan juga
untuk melakukan tindakan kriminal. Terdapat
dugaan juga bahwa steganografi digunakan oleh
para teroris untuk menjalankan aksinya. Dengan
steganografi, peta, sasaran , dan rencana tindakan
teroris disamarkan dalam situs-situs mailing list
olahraga dan pada situs-situs porno. Maka dari
itu kelebihan dari steganografi sangat
disayangkan bila dipakai untuk tujuan kejahatan.
Tindakan kejahatan lainnya yang mungkin
difasilitasi oleh steganografi yaitu untuk
perjudian, penipuan, virus, dan lain-lain.

Dalam sudut pandang lain, teknologi
steganografi ini bisa dijadikan senjata yang
ampuh dalam permainan politik ataupun
kebijakan yang diambil satu organisasi. Dengan
menggunakan steganografi, seorang calon
presiden atau calon ketua bisa melakukan
pengiriman pesan pada kader-kadernya di daerah
tanpa diketahui oleh orang lain ataupun panitia
pemilihan sehingga strategi atau kebijakan yang
diambil tidak bisa dibaca oleh pihak lawan
padahal dia bisa menyebarkannya dengan cara
yang terbuka dan fair. Hal ini merupakan
keuntungan bagi yang memang menggunakan
steganografi sebagai alat teknologi untuk
targetan yang lebih jauh lagi. Hal ini juga jauh
lebih mudah untuk diimplementasikan
ketimbang mendistribusikan pesan rahasia yang
nantinya akan dicurigai serta menimbulkan biaya
besar dalam pendistribusiannya yang dilakukan
secara rahasia.

Audio Steganografi pada MP3



Pada pembahasan ini akan dibahas teknik
steganografi dalam MP3 secara umum dan
secara khusus mengacu pada software
MP3Stego. MP3Stego adalah software yang
dapat digunakan untuk meyembunyikan pesan
dalam MP3. Produk ini dapat digunakan secara
bebas, namun terdapat beberapa kelemahan dari
produk ini karena hanya merupakan program
bebas yang belum disempurnakan. Keberadaan
program ini ditujukan oleh pembuat hanya untuk
membuktikan bahwa steganografi dalam MP3
dapat dilakukan.

Cara untuk mengaplikasikan steganografi pada
file audio terdiri dari beberapa cara yang lazim
digunakan, antara lain dengan cara mengganti
atau menambahkan bit. Berikut adalah beberapa
teknik yang digunakan:

Penggantian LSB
Metode pertama adalah dengan
penggantian LSB. Cara ini biasa
digunakan dalam teknik digital
steganografi yaitu mengganti LSB input
setiap samplingnya dengan data yang
dikodekan. Dengan metode ini
keuntungan yang didapatkan adalah
ukuran pesan yang disispkan relative
besar, namun berdampak pada hasil
audio yang berkualitas kurang dengan
banyaknya noise.
11010010


MSB LSB
LSB = Least Significant Bit
MSB = Most Siginificant Bit

Untuk memperkuat teknik
penyembunyian data, bit-bit data
rahasia tidak digunakan mengganti
byte-byte yang berurutan, namun dipilih
susunan byte secara acak. Misalnya jika
terdapat 50 byte dan 6 bit data yang
akan disembunyikan, maka maka byte
yang diganti bit LSB-nya dipilih secara
acak, misalkan byte nomor 36, 5, 21,
10, 18, 49.

Bilangan acak dibangkitkan dengan

pseudo-random-number-generator
(PRNG) kriptografi. PRNG kriptografi
sebenarnya adalah algoritma kriptografi

yang digunakan untuk enkripsi. PRNG
dibangun dengan algoritma DES (Data
Encryption Standard), algoritma hash
MD5, dan mode kriptografi CFB
(Chiper-Feedback Mode). Tujuan dari
enkripsi adalah menghasilkan
sekumpulan bilangan acak yang sama
untuk setiap kunci enkripsi yang sama.
Bilangan acak dihasilkan dengan cara
memilih bit-bit dari sebuah blok data
hasil enkripsi

Rekayasa sinyal masukan
Metode kedua yang digunakan adalah
merekayasa fasa dari sinyal masukan.
Teori yang digunakan adalah dengan
mensubstitusi awal fasa dari tiap awal
segment dengan fasa yang telah dibuat
sedemikian rupa dan merepresentasikan
pesan yang disembunyikan. Fasa dari
tiap awal segment ini dibuat sedemikian
rupa sehingga setiap segmen masih
memiliki hubungan yang berujung pada
kualitas suara yang tetap terjaga. Teknik
ini menghasilkan keluaran yang jauh
lebih baik daripada metode pertama
namun harus dibayar mahal dengan
kerumitan dalam realisasi dan
implementasinya..
Penyebaran Spektrum
Metode yang ketiga adalah penyebaran
spektrum. Dengan metode ini pesan
dikodekan dan disebar ke setiap
spektrum frekuensi yang
memungkinkan. Maka dari itu akan
sangat sulit bagi yang akan mencoba
memecahkannya kecuali ia memiliki
akses terhadap data tersebut atau dapat
merekonstruksi sinyal random yang
digunakan untuk menyebarkan pesan
pada range frekuensi.
Teknik Echo
Metode terakhir yang sering digunakan
adalah menyembunyikan pesan melalui
teknik echo. Teknik menyamarkan
pesan ke dalam sinyal yang membentuk
echo. Kemudian pesan disembunyikan
dengan menvariasikan tiga parameter
dalam echo yaitu besar amplitudo awal,
tingkat penurunan atenuasi, dan offset.
Dengan adanya offset dari echo dan
sinyal asli maka echo akan tercampur
dengan sinyal aslinya, karena sistem
pendengaran manusia yang tidak


memisahkan antaha echo dan sinyal
asli.

Keempat metode di atas memiliki kesamaan
yaitu menggunakan kelemahan dari sistem
pendengaran manusia. Maka dari itu teknik
steganografi dalam MP3 juga akan menggunakan
kelemahan ini untuk menyembunyikan pesan.

Ada sebuah teknik lagi yang memanfaatkan
metrics pada file. Teknik ini dikenal dengan
teknik Existing Metrics. Sebagai lanjutan, teknik
ini akan dibahas dalam bagian tersendiri setelah
ini.

Existing Metrics

Dalam menyembunyikan data, kita memiliki dua
tujuan utama yaitu data harus sulit diketahui oleh
pihak luar dan harus bisa dibuka dengan baik
oleh si penerima pesan atau yang membutuhkan
data rahasia tersebut. Sangat sulit untuk
mengkuantifikasi seberapa sulit data itu
disembunyikan.

Dalam kasus steganografi pada file gambar,
banyak pemecah kode mendeteksi resource yang
ada termasuk HVS khusunya analis komputer.
Dari sekian banyak metode yang ada,
penyembunyian data terindikasi dari
mengilustrasikan gambar asli dan bagianbagiannya
dengan data yang tergabung di
dalamnya, sehingga perbedaan visualnya bisa
terlihat kemudian. Sebagai tambahan mean-
squared-error (MSE) atau peak-signal-to-noiseratio
(PSNR) antara file asli dan file yang sudah
tersteganografi bisa diketahui atau bisa terlihat.
Pixel dari gambar asli sebagai xi dan pixel dari
gambar yang sudah tersteganografi didefinisikan
sebagai x^ i. Variabel L mendefinisikan peak
signal level (L=255 untuk grayscale image).


Dalam audio steganografi, pemecah kode
menggunakan sistem pendengaran manusia sama
baiknya dengan menggunakan analisis komputer
dalam mendeteksi device. Sebagai perbandingan
pendekatan, spektogram dari sinyal asli dan yang
sudah terubah biasanya diberikan atau dihadirkan
dalam bentuk data. Spektogram adalah plot
sederhana yang berisi frekuensi dari konten
sinyal audio sebagai fungsi waktu. Dalam
beberapa kasus tertentu, kualitas dari file audio
yang berisi data tersembunyi bisa diperkirakan
menggunakan perceptual audio measure, noiseto-
mask ratio, atau SNR.


Dua variabel yang hadi r diatas dan dibawah
merepresentasikan varians contoh dari sinyal
perspektif. Dalam persamaan di atas, data
tersembunyi dimodelkan sebagai sinyal dan data
penyembunyi sebagai noise. SNR, yang juga bisa
digunakan dalam file gambar, menyediakan
estimasi kasar dari ketersembunyian pesan
dengan banyak hal yang dibandingkan dan
dipertimbangkan. Semakin tinggi SNR, maka
semakin jelas juga ketersembunyian pesan yang
ada.

Sebagai perkiraan yang jauh dari efisiensi atau
kapasitas yang bisa digunakan dalam Gaussian
channel. Kekuatan sinyal dari file tersembunyi
direpresentasikan dalam variabel S dan kekuatan
dari data penyembunyi direpresentasikan dalam
variabel N. Formulasi mengasumsikan bahwa
statistik dari data penyembunyi ternyata
mematuhi atau mengikuti distribusi Gaussian.
Banyak juga pemikiran yang setuju bahwa
semakin baik model dari channel noise maka
semakin baik pula estimasi dari kapasitas.




Gambar diatas adalah gambar tentang
perbandingan kapasitas dalam file yang ada
dimodelkan dalam sebuah grafik kapasitas
berbanding dengan SNR atau lebih dikenal
dengan Generic Steganographic Channel
Capcity

Sebuah Pendekatan lain tentang MP3
Steganografi File System

Pendekatan ini dirancang bukan oleh penulis.
Penulis hanya mencari referensi untuk semakin
menjelaskan proses stegaografi dalam praktik
yang lebih dekat lagi. mplementasi yang
diinginkan adalah implementasi yang
implementasi yang bisa bebas atau tidak
tergantung pada sistem operasi atau teknologi
lain. Karena itu file sistem diimplementasikan
diatas file biasa.

File sistem steganografi ini harus fleksibel dan
mudah untuk diimplementasikan dalam berbagai
bahasa atau siste operasi manapun. Media
penyimpanan juga diperhatikan ketika pengguna
juga bisa menggunakan media penyimpanan
lokal atau removable USB key. Ini bisa
membebaskan pengguna dari isu pada level yang
lebih rendah.

File yang paling sulit untuk dicurigai adalah
media hiburan yang sering digunakan oleh orang
banyak. Maka dari itu MP3 merupakan jenis file
yang cocok untuk diimplementasikan. Dan
medianya bisa menggunakan iPod ataupun MP3
player.

Persyaratan dari file sistem yang ada juga tidak
terlalu lebar. Hal ini memberika pengguna

kemampuan untuk menyimpan berbagai macam
file di dalam direktori-direktori yang berbeda,
jika memang memungkikan.

Operasi yang didukung atau dilayani oleh file
sistem adalah :

Memperluas
Melakukan looping terus melalui list
dari file mp3 dan mempersiapkan
mereka untuk data ke depannya.
Memformat
Menghapus seluruh file yang tersedia
dalam dile sistem
Menambah
Mengkopi sebuah file ke dalam file
sistem ataupun dari file sistem
Membuang
Menghapus file yang ada dari file
sistem
Mengganti nama
Mengganti nama dari file yang ada
Mengekstrak
Mengkopi file dari file sistem ke tempat
lain
Implementasi sederhana

Setiap file MP3 yang dimiliki mempunyai
tempat kosong bagi data untuk disimpan, jadi
besar space penyimpanan file sistem adalah
jumlah seluruh tempat penyimpanan yang
kosong dari setiap file MP3. Setia file MP3 akan
diperlakukan sebagai stream, karena itu tempat
penyimpanan yang kosong akan diisi dengan
potongan dari file asli yang ingin disimpan.
Setiap potongan file akan berisikan header
sederhana yang menjelaskan potongan itu. Hal
itu bisa diimplementasikan mengikuti struktur
berikut ini :

typedef struct _ORIGFILE_CHUNK {

 /* crc32 of the current chunk */

UINT32 chunk_crc32;

UINT32 origfile_crc32;

 struct orig_filename {

 UINT8 filename_size;

 CHAR filename[];

};



 struct orig_data {

 /* the offset from the original file */

 UINT32 offset;

 UINT32 chunk_size;

 BYTE chunk_data[];

};
} ORIGFILE_CHUNK, *PORIGFILE_CHUNK;

File asli akan disimpan dalam potongan. Dengan
asumsi sebesar-bearnya sesuai dengan yang file
butuhkan. Proses pengembalian akan dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :

Baca semua potongan ke dalam
memory
Cek atau validasi keutuhan dari seluruh
potongan yang tersimpan
Rancang dan bangun sebuah kamus
dengan nama file yang asli sebagai
kunci
Kembalikan atau bangunlah file asli
dari potongan-potongan tersebut
Setelah langkah-langkah diatas telah selesai
dilakukanm kita harus mengecek ulang keutuhan
dari setiap file yang ada. Kita akan melakukan
itu dengan menggunakan origfile_crc32 dari
setiap potongan. Kemudia kita bandingkan
mereka dengan crc32 yang sudah terkalkulasi
dari seluruh file data yang asli dari potonganpotongan
yang bisa bereaksi atau berfungsi.

Dasar dari pendekatan steganografi bisa berasal
dari apapun yang dipikirkan atau sesuatu yang

ingin dijadikan ide.. Sebuah proyek yang baik
diambil sebagai contoh adalah MP3 Stego. MP3
Stego bisa digunakan untuk
mengimplementasikan bagian-bagian dari proses
steganografi. Datanya sendiri dilindungi lebih
lanjut dengan menggunakan proses enkripsi.

MP3 Stego

Seperti yang disebutkan diatas, MP3Stego dapat
digunakan untuk steganografi. Cara kerja dari
program ini berdasarkan dari teknik kompresi
audio dari WAV ke MP3. Seperti yang sudah
diketahui, MP3 adalah kompresi yang bersifat
“menghilangkan” data-data yang tidak signifikan
bagi pendengaran manusia, maka dari itu
program ini menggunakan keuntungan itu
dengan tidak menghilangkan seluruh data yang
redundant, melainkan digantikan dengan pesan
yang akan dimasukan.

Proses pengkodean dan kompresi MP3 secara
umum terbagi menjadi dua siklus iterasi, yaitu :

Di dalam siklus iterasi berupa siklus
untuk ratifikasi
Di luar siklus iterasi untuk pengendalian
distorsi dan noise.
Sebelumnya kita sudah membahas tentang
tahapan pengkompresian file MP3. Proses
pengkompresian dapat dilihat lebih jelas dengan
diagram ini :



MP3 Stego memasukan data pada saat proses
kompresi pada proses di dalam siklus iterasi.

Proses penyembunyian pesan secara garis besar
adalah pesan dikompresi lalu dienkripsi dan
terakhir disembuyikan pada rangkaian bit MP3.
Setelah mengalami kompresi, lalu pesan tersebut
dienkripsi untuk menjami keamananya. Seperti
yang telah dibahas diatas, pesan steganografi
dianggap dapat diketahui keberadaannya maka
untuk keamanan pesan tersebut harus dilakukan
tindakan pengamanan, antara lain enkripsi.
Enkripsi yang digunakan adalah 3DES yang
sudah teruji keandalannya, sehingga walaupun
keberadaannya diketahui isi pesan akan tetap
aman.

Kemudian dilanjutkan dengan proses penyebaran
pesan terenkripsi pada rangkaian bit MP3. Proses
ini merupkan proses yang terumit dalam
keseluruhan proses. Ada beberapa tahapan
proses dalam melakukan penyebaran pesan yang
sudah terenkripsi tersebut dalam rangkaian
proses yang ada.

Kuantitasi data dalam siklus iterasi
Pertama-tama proses ini terjadi pada di
dalam siklus iterasi, di dalam siklus
iterasi ini terjadi kuantisasi data dari
sinyal input yang sesuai dengan model
sistem pendengaran manusia.
Pengumpulan data
Mengumpulkan data-data tersebut
hingga mencapai ukuran yang tepat
sehingga dapat dikodekan.

Spesifikasi model
Sedangkan siklus lainnya memastikan
data memenuhi spesifikasi model sistem
pendengaran manusia.
Pengubahan pesan
Kemudian untuk menyisipkan pesan,
pesan dijadikan parity bit untuk
Huffman code dan scale factor.
Penyesuaian
Tentu saja dengan penggantian parity
ini harus ada yang disesuaikan, yaitu
tahap akhir dari dalam siklus iterasi.
Penyebaran data dilakukan secara acak
yang didasarkan atas SHA-1.
Melihat proses yang begitu mengutamakan
keamanan maka penyimpanan pesan
menggunakan MP3Stego merupakan pilihan
yang tepat. Satu-satunya kemungkinan isi pesan
dapat terungkap bila kata rahasia yang digunakan
untuk enkripsi dan penyebaran data diketahui.

Sayangnya MP3Stego tidak dapat menampung
pesan yang memiliki ukuran besar, karena
besarnya ditentukan dari besar frame MP3
dimana setiap frame hanya dapat menampung 1
bit saja. Selain itu file audio yang digunakan
sebagai carrier file harus memiliki spesifikasi
format WAV, 44100Hz, 16 bit, PCM, dan mono.



Diluar spesifikasi tersebut proses penyisipan
pesan tidak dapat dilakukan, MP3 hasil kompresi
juga mono dimana file MP3 tidak wajar dengan
format mono yang akan menimbulkan
kecurigaan. Tetapi sekali lagi program ini
ditujukan unuk menunjukan bahwa steganografi
menggunakan MP3 dapat dilakukan.

Penggunaan MP3 Stego

Pengujian ini dilakukan oleh Stefanus Soehono.
Proses pengambilan gambar dan pengetesan juga
dilakukan oleh Stefanus Soehono. Penulis hanya
kembali menjelaskan tentang proses pengujian
yang terjadi.

Pertama-tama akan dicoba untuk
menyembunyikan pesan singkat yang memiliki
nama pesan.txt, yang berisi:

hello world, what's up!
This is testing using mp3stego.=>

Kemudian file WAV yang akan digunakan
memiliki nama rx.wav yang sesuai dengan
spesifikasi di atas.

Lalu dengan dua file sudah cukup untuk
memulai proses. Jalannya proses ini dilakukan
dalam lingkungan command di WindowXP,
kedua file harus berada dalam direktori yang
sama dengan program. Selanjutnya sesuai
dengan manual, akan dnjalankan proses dengan
hasil rx.mp3, dengan perintah seperti berikut:

encode -E pesan.txt rx.wav rx.mp3

Setelah itu akan diminta sebuah kata rahasia
yang akan digunakan dalam proses enkripsi dan
penyebaran pesan, dan juga diminta untuk
mengulangi mengetik kata tersebut lagi. Terakhir
proses kompresi dan penyisipan dilakukan.
Berikut adalah ilustrasinya:


Kata rahasia yang digunakan adalah: stefanus.

Untuk proses encoding terdapat beberapa pilihan
yang dapat digunakan sebagai berikut:


Gambar 2. pilihan dalam encoding

Selanjutnya dari file rx.mp3 akan dicoba untuk
mengambil pesan yang telah disembunyikan
sebelumnya. Perintah yang digunakan adalah:

decode -X rx.mp3

Kemudian akan ditanyakan kata rahasia yang
digunakan pada saat kompresi dahulu, dan akan
diminta untuk konfirmasi lagi. Setelah itu pesan
akan ditampilkan dalam file rx.mp3.txt
sebelumnya akan dihasilkan file dalam format
PCM terlebih dahulu.

Gambar 3. proses decoding

Sama seperti proses encoding, pada proses
decoding ini juga disediakan beberapa pilihan,
sebagai berikut:


Gambar 1. proses encoding



Gambar 4. pilihan dalam decoding


Kemudian pada file rx.mp3 memiliki isi sebagai
berikut:


hello world, what's up!
This is testing using mp3stego.=>


Hasil dari file ini sama dengan pesan yang
disisipkan tadi. Sehingga secara keseluruhan
program dapat berjalan dengan baik dan proses
berjalan dengan baik


Pengujian Ketahanan


Proses uji file hasil :
Sekarang untuk menguji ketahanannya, saya
mencoba untuk memotong file MP3 hasil
kompresi selama 20 detik. Kemudian saya
mencoba untuk mendengarkan file yang sudah
dipotong tersebut dengan menggunakan
Winamp.


Hasil pengujian :
Ternyata hasil keluaran suara sangat jelek, dan
waktu yang seharusnya 20 detik berkurang
menjadi 5 detik.


Hipotesa :
Tampaknya file yang telah mengalami kompresi
dengan disisipi pesan menggunakan MP3Stego
tidak dapat diperlakukan seperti file MP3
biasanya.


Pengujian lanjutan :


Melakukan proses decoding lanjutan dari
file hasil tadi dan hasilnya adalah pesan
error dari program tersebut.
Mencoba untuk menggunakan kata rahasia
yang salah. Ternyata proses ekstraksi data
tetap dilakukan, namun pada akhirnya
muncul pesan error oleh program tersebut.
Gambar 5. pesan error dari program

Jadi proses enkripsi dilakukan dengan
menggunakan kata rahasia palsu tersebut, namun
hasil yang dihasilkan salah sehingga muncul
pesan error dari program. Dapat disimpulkan
tanpa kata rahasia pesan tetap aman tidak dapat
diakses oleh orang lain.

Setelah itu untuk mengetahui seberapa besar dari
kapasitas pesan yang dapat disisipkan, percobaan
juga dilakukan untuk menggunakan file dengan
ukuran 4 kbytes yaitu file readme.txt dari
program. Saya menggunakan cara yang sama
seperti sebelumnya untuk encoding dan hasilnya
seperti ilustrasi di bawah ini:


Gambar 6. tampilan bila ukuran pesan terlalu
besar

Pada tampilan dapat dilihat ukuran maksimum
data 14964 bits, angka ini didapatkan dari jumlah
frame (7482 frame) yang dikalikan dengan dua.
File input WAV memiliki format 16 bit setiap
sample sama dengan 2 byte untuk setiap sample.
Dengan ini satu frame mampu menampung 2 bit
data pesan.

Kemudian dicoba untuk mengetahui besarnya
file mp3 dengan data yang disisipkan berbeda
ukuran. Ternyata pada hasil akhirnya besar dari
file mp3 tetap sama, walaupun ukuran pesan



yang disisipkan memiliki selisih yang cukup
besar. Dengan ini berarti dalam proses kompresi
memang disediakan tempat sebanyak dua kali
jumlah frame untuk alokasi pesan rahasia. Maka
dari itu dengan ukuran pesan yang berbeda dapat
menghasilkan ukuran file mp3 yang sama.

Prospek Pengembangan MP3 Stego

Ada banyak hal yang sebenarnya masih bisa
dikembangkan dalam MP3 stego. Hal ini sangat
terbukti dan bisa terlihat dari proses pengujian
yang dilakukan sebelumnya.

Dari segi tampilan, MP3stego masih
membutuhkan banyak sekali pengembangan. Hal
ini bisa terlihat dari aplikasi MP3 stego yang
harus dilakukan dengan fasilitas command
propmpt ataupun console di UNIX. Sebenarnya
proses pengembangan tampilan sangat
mempengaruhi kemapanan dari suatu perangkat
lunak.

Dari segi sistem teknik steganografi yang
dilakukan, ternyata masih banyak kebolongan
yang sangat nyata dan tidak bisa ditutupi. Hal ini
bisa terlihat dari pengujian ketahanan.
Seharusnya file mp3 yang telah berhasil diproses
dapat tetap memiliki fungsi layaknya file mp3
yang lainnya. Hal ini menjadi sangat penting
karena bisa memicu kecurigaan pada satu file
MP3 hasil enkripsi yang tidak bisa didengarkan
dan diberikan pada orang yang dituju.

Ternyata pada proses pengkompresian pun, MP3
stego masih memiliki banyak celah karena
adanya kesamaan besar data dari dua buah file
yang disispkan pesan yang berbeda. Seharusnya
file yang dihasilkan berbeda-beda. Hal seperti
jugabisa menimbulkan kecurigaan yang
mendalam, karena jarang sekali ada file MP3
yang memiliki besar yang sama. Dengan
kebolongan ini bisa dibilang proses psikologis
yang membuat steganografi pada MP3 dianggap
baik belum bisa ditunjukkan secara nyata.

Kesimpulan

Teknik steganografi jika dibandingkan dengan
kriptografi memiliki beberapa keunggulan yaitu
dengan steganografi keberadaan dari informasi
yang ingin disembunyikan tidak dapat dideteksi
dengan mudah, dengan menggunakan teknik
steganografi, informasi rahasia disembunyikan
sedemikian rupa sehingga menghilangkan
kecurigaan. Sedangkan untuk kriptografi

keberadaan dari informasi yang disembunyikan
dengan jelas diketahui dan kita hanya diberi
keleluasaan untuk mengkodekan fakta yang ada
menjadi fakta lain.

Seiring dengan berkembangnya teknologi, maka
semakin meluas juga teknologi digital. Karena
teknologi dijital yang merambah e semua hal
maka steganografi pun mulai diterapkan pada
file-file digital yang dikenal dengan sebutan
digital watermarking. Penerapannya pada file-
file gambar, audio, dan juga video. Biasanya
digital watermarking mengeksploitasi
kelemahan indera manusia baik pendengaran
maupun penglihatan. Teknik yang paling awam
digunakan adalah penggantian LSB (Least
significant bit) dari suatu rangkaian data dengan
informasi yang hendak disisipkan. Namun
ukuran informasi yang dapat disisipkan
tergantung dari besar carrier file.

Dalam praktiknya, teknik steganografi dalam file
multimedia dapat juga diterapkan dalam proses
kompresi data. Dengan menggunakan format
kompresi yang bersifat loosy (menghilangkan),
data-data redundant yang seharusnya
dihilangkan beberapa dapat diganti dengan
informasi yang ingin disisipkan atau fakta yang
ingin disembunyikan. Biasanya dalam proses
kuantisasi data proses penyisispan informasi
tersebut terjadi.

Penggunaan MP3Stego sebagai alat steganografi
ternyata memiliki hasil yang cukup baik. Hal ini
membuktikan bahwa audio steganografi dapat
dilakukan Dengan adanya pengamanan enkripsi
data menggunakan 3DES dan juga penyebaran
data yang dilakukan secara acak mnggunakan
prinsip SHA-1 yang mana keduanya telah diuji
ketangguhannya. Pesan yang disimpan akan
aman tidak dapat diakses oleh orang yang tidak
memiliki kata rahasia yang dipakai. File mp3
dari hasil kompresi tidak dapat diperlakukan
sama seperti file mp3 biasanya, seperti dipotong
(Ini adalah kekurangan yang cukup berdampak).
Selain itu error handling dari program ini
memadai sehingga program ini dapat digunakan
dengan keamanan yang terjamin.

Teknik steganografi yang baik memiliki prinsip
bahwa informasi tersebut dapat diakses oleh
orang lain (seperti tidak terjadi apa-apa pada file
tersebut), sehingga dengan asumsi tersebut
kerahasiaan dari informasi tersebut akan dijaga
contohnya menggunakan enkripsi. Teknik
steganalysis hanya dapat mengetahui keberadaan



steganografi saja dan belum dapat mengetahui isi
dari informasi yang dirahasiakan bila digunakan
enkripsi data.

Penerapan steganografi menggunakan media
MP3 dapat dijadikan alternatif media
menyampaikan pesan rahasia.

Pertama karena sifat dari steganografi yang
sulit dideteksi keberadaannya.
Kedua karena sifat dari MP3 yang ubiquitos
sehingga memungkinkan proses transfer
tidak menimbulkan kecurigaan.
Dengan kedua kelebihan tersebut maka
steganografi MP3 merupakan alat yang baik
untuk menyembunyikan pesan dan masih sangat
terbuka lebar jalan untuk mengembangkan
teknik-teknik atau algoritma steganografi yang
harusnya bisa semakin baik lagi, baik jika
ditinjau dari sisi efisiensi dan keamanan, serta
psikologis kecurigaan.



KONSEP HIDDEN MESSAGE MENGGUNAKAN TEKNIK
STEGANOGRAFI DYNAMIC CELL


ABSTRAK

Perkembangan komputer dan perangkat pendukung lainnya yang serba digital,
telah membuat data-data digital semakin banyak digunakan. Disisi lain kemudahan
tersebut telah memunculkan masalah di sekitar hak cipta dan hak kepemilikan materi
digital. Teknik hidden message (steganografi), adalah suatu teknik yang mengijinkan para
pengguna untuk menyembunyikan suatu pesan didalam pesan yang lain. Dengan
kemampuan tersebut maka informasi hak cipta seperti identitas seorang pengarang,
tanggal ciptaan, dan lain-lain dapat disisipkan/disembunyikan kedalam berbagai macam
variasi jenis dokumen besar seperti: gambar, audio , video, text atau file biner. Penelitian
ini membahas steganografi dengan menggunakan Teknik Dynamic Cell Spreading yang
merupakan teknik menyembunyikan/menyisipkan data dengan bantuan buffer memori
sebagai media penggabungan.

Kata kunci: hidden message, steganografi, Teknik Dysnamic Cell Spreading.

1. PENDAHULUAN
Adanya Internet sebagai sistem jaringan terluas yang menghubungkan
hampir seluruh komputer di dunia, membuat semua komputer dapat dengan
mudah untuk saling bertukar data. Dalam “dunia maya” ini, hampir segala jenis
informasi dapat diperoleh, yang dibutuhkan hanyalah sebuah komputer yang
terhubung dengan dunia maya ini (Internet) (Suhono, 2000).

Perkembangan komputer dan perangkat pendukung lainnya yang serba
digital, telah membuat data-data digital semakin banyak digunakan. Terdapat
sejumlah faktor yang membuat data digital (seperti audio, citra, video, dan teks)
semakin banyak digunakan, antara lain:

a.
Mudah diduplikasi dan hasilnya sama dengan aslinya,
b.
Murah untuk penduplikasian dan penyimpanan,
c.
Mudah disimpan untuk kemudian diolah atau diproses lebih lanjut,
d.
Serta Mudah didistribusikan, baik dengan media disk maupun melalui
jaringan seperti Internet.
Adanya berbagai kemudahan tersebut di sisi lain telah memunculkan
masalah di sekitar hak cipta dan hak kepemilikan materi digital. Setiap materi



digital yang menjadi bagian dari distribusi elektronik bersifat rentan terhadap
pengkopian gelap dan pendistribusian gelap. Karena masalah itulah kemudian
muncul sejumlah pemikiran tentang bagaimana cara melindungi hasil pekerjaan
dalam bentuk materi digital serta cara-cara untuk mencegah aktivitas gelap serta
teknik untuk melacak distribusi suatu dokumen elektronik.

Salah satu solusi adalah lewat teknik hidden message (steganografi), yaitu
suatu teknik yang mengijinkan para pengguna untuk menyembunyikan suatu
pesan didalam pesan yang lain. Dengan steganografi adalah mungkin untuk
menyembunyikan informasi hak cipta seperti identitas seorang pengarang,
tanggal ciptaan, dan lain-lain, dengan cara menyisipkan/menyembunyikan
informasi tersebut kedalam berbagai macam variasi jenis dokumen besar seperti:
gambar, audio , video, text atau file biner.

Untuk itu penelitian ini akan di fokuskan pada konsep dasar untuk
menyembunyikan data/dokumen elektronik khususnya dalam data gambar.
Teknik utama yang akan digunakan adalah steganografi dengan menggunakan
Teknik Dynamic Cell Spreading (DCS).

2. TUJUAN
Penelitian yang dilakukan terkait dengan konsep hidden message dengan
stagenografi teknik DCS, bertujuan antara lain untuk memahami karakteristik
dasar proses embedding dan extracting message pada stagenografi serta membangun
sebuah aplikasi sederhana yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
konsep hidden message.

3. LANDASAN TEORI
3.1 Konsep Steganografi
Steganografi adalah ilmu pengetahuan dan seni dalam menyembunyikan
komunikasi. Suatu sistem steganografi sedemikian rupa menyembunyikan isi suatu
data di dalam suatu sampul media yang tidak dapat di duga oleh orang biasa
sehingga tidak membangunkan suatu kecurigaan kepada orang yang melihatnya,
Gambar 1 adalah ilustrasi dasar dari konsep steganografi.

Di masa lalu, orang-orang menggunakan tato tersembunyi atau tinta tak
terlihat untuk menyampaikan isi steganografi. Sekarang, teknologi jaringan dan
komputer menyediakan cara easy-to-use jaringan komunikasi untuk steganografi.
Proses penyembunyian informasi di dalam suatu sistem steganografi dimulai
dengan mengidentifikasi suatu sampul media yang mempunyai bit berlebihan
(yang dapat dimodifikasi tanpa menghancurkan integritas media). Proses
menyembunyikan (embedding) menciptakan suatu proses stego medium dengan
cara menggantikan bit yang berlebihan ini dengan data dari pesan yang
tersembunyi




Gambar 1. Ilustrasi dasar steganografi

3.2 Perbedaan Steganografi dengan Kriptografi
Steganography berbeda dengan cryptography, letak perbedaannya adalah
pada hasil keluarannya. Hasil dari cryptography biasanya berupa data yang
berbeda dari bentuk aslinya dan biasanya data seolah-olah berantakan sehingga
tidak dapat diketahui informasi apa yang terkandung didalamnya (namun
sesungguhnya dapat dikembalikan ke bentuk semula lewat proses dekripsi),
sedangkan hasil keluaran dari steganography memiliki bentuk persepsi yang sama
dengan bentuk aslinya. Kesamaan persepsi tersebut adalah oleh indera manusia
(khususnya visual), namun bila digunakan komputer atau perangkat pengolah
digital lainnya dapat dengan jelas dibedakan antara sebelum proses dan setelah
proses (Suhono, 2000). Gambar 2 menunjukkan ilustrasi perbedaan antara

steganografi dan kriptografi.


3.3 Dasar Penyembunyian (Embedding)
Tiga aspek berbeda di dalam sistem penyembunyian informasi
bertentangan dengan satu sama lain yaitu: kapasitas, keamanan, dan ketahanan
(robustness). Kapasitas adalah mengacu pada jumlah informasi yang dapat
tersembunyi di dalam sampul media, keamanan adalah pencegahan bagi orang
biasa yang tidak mampu untuk mendeteksi informasi tersembunyi, dan ketahanan
adalah untuk modifikasi media stego sehingga dapat bertahan terhadap suatu
attack yang dapat menghancurkan informasi tersembunyi.

Penyembunyian informasi biasanya berhubungan dengan watermarking dan
steganografi. Tujuan utama sistem watermarking adalah untuk mencapai tingkat
ketahanan yang lebih tinggi, sangatlah mustahil untuk menghilangkan suatu
proses watermarking tanpa menurunkan tingkat kualitas objek data. steganografi,
pada sisi lain, mengejar kapasitas dan keamanan tinggi, yang dimana sering
diketahui bahwa informasi yang tersembunyi mudah diketahui. Bahkan
modifikasi kecil kepada media stego dapat menghancurkannya (Provos, 2003).

Model dasar untuk embedding adalah sebagaimana pada Gambar 3 (Zolnerr
et al., 2004). Sementara Gambar 4 menunjukkan hubungan antara steganografi

dengan watermarking (Suhono et al., 2000).

steganografi terbagi menjadi 2 buah model yaitu:

a. Proteksi terhadap deteksi untuk teknik penyembuyian data
Proteksi model ini banyak digunakan di dalam dunia steganografi untuk
piranti keamanan dalam suatu pengiriman dokumen melalui media internet atau
yang lainnya. Proteksi ini mempunyai metode agar suatu file yang telah disisipi
oleh data tidak dapat dideteksi oleh suatu program steganalisis sehingga hanya
orang yang mempunyai program steganografi tertentu saja yang dapat
menampilkan/ekstrakting data yang ada.

b. Proteksi terhadap kehilangan untuk teknik pemberian tanda tehadap data
Proteksi model ini banyak digunakan di dalam media secure digital atau
steganografi yang berfungsi sebagai penanda hak cipta (copyright) agar tidak dapat
dimusnahkan maupun digandakan olah pihak yang tidak bertanggung jawab.
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah watermarking.

Watermarking merupakan suatu bentuk dari steganografi (ilmu yang
mempelajari bagaimana menyembunyikan suatu data pada data yang lain), dalam
mempelajari teknik-teknik bagaimana penyimpanan suatu data (digital) kedalam
data host digital yang lain (istilah host digunakan untuk data/sinyal digital yang
ditumpangi). Parameter-parameter yang perlu diperhatikan dalam penerapan
metoda watermarking adalah:

a. Jumlah data (bitrate) yang akan disembunyikan.
b. Ketahanan (robustness) terhadap proses pengolahan sinyal.
c. Tak terlihat (invisibly) atau output tidak berbeda dengan input awal.
Kesatuan dari ketiga parameter tersebut dikenal sebagai trade-off dalam
watermarking. Gambar 5 menunjukkan ilustrasi trade-off dalam watermarking.



3.4 Konsep Teknik Dynamic Cell Spreading
Teknik Dynamic Cell Spreading (DCS) merupakan steganografi dengan
menggunakan model proteksi terhadap deteksi yang dikembangkan oleh Holger
Ohmacht dengan konsep dasar yaitu menyembunyikan file pesan (semua data
elektronik) kedalam media gambar (JPEG). Penyembunyian pesan dilakukan



dengan cara menyisipkanya pada bit rendah LSB (Least Significant Bit) dari data
pixel yang menyusun file tersebut menggunakan buffer memori sebagai media
penyimpan sementara.

Dalam proses penggabungan (stego) antara file gambar dengan teks, untuk
file bitmap 24 bit maka setiap pixel (titik) pada gambar tersebut akan terdiri dari
susunan tiga warna merah, hijau dan biru (RGB) yang masing-masing disusun
oleh bilangan 8 bit (byte) dari 0 sampai 255 atau dengan format biner 00000000
sampai 11111111. Dengan demikian pada setiap pixel file bitmap 24 bit kita
dapat menyisipkan 3 bit data. Contohnya huruf A dapat kita sisipkan dalam 3
pixel, misalnya data raster original adalah sebagai berikut:

(00100111 11101001 11001000)

(00100111 11001000 11101001)

(11001000 00100111 11101001)

Sedangkan representasi biner huruf A adalah 10000011. Dengan
menyisipkannya pada data pixel diatas maka akan dihasilkan:

(00100111 11101000 11001000)

(00100110 11001000 11101000)

(11001001 00100111 11101001)

Terlihat hanya empat bit rendah yang berubah, untuk mata manusia maka tidak
akan tampak perubahannya. Secara rata-rata dengan metoda ini hanya setengah
dari data bit rendah yang berubah, sehingga bila dibutuhkan dapat digunakan bit
rendah kedua bahkan ketiga.

Proses penggabungan file gambar dengan data elektronik hampir sama
tetapi lebih kompleks karena membutuhkan media memori sebagai perantara
untuk menghitung jumlah keseluruhan bit yang terdapat didalam file gambar
maupun didalam data elektronik yang akan diembedding sehingga memudahkan
proses embedding itu sendiri.

Penghitungan aritmatika dalam melakukan embedding maupun
extracting ini menggunakan perintah assembler karena menyangkut bit-bit yang
terdapat didalam memori.

Proses embedding dalam Teknik DCS mempunyai beberapa tahapan proses
yaitu:

a.
Membuat registry address untuk mempersiapkan tempat penyimpan memori
sementara guna proses dalam penghitunggan LSB (Least Significant Bit) pada
gambar maupun data yang akan digabungkan (embed).
b.
Konversi JPEG ke dalam bitmap dalam arti format gambar JPEG yang
merupakan format kompresi gambar dirubah atau di unkompres agar
mempermudah dalam penghitunggan dan penempatan data.
c.
Mengkalkulasikan jarak antar bit yang ada pada file gambar agar
mempermudah penghitunggan dan penyisipan bit data yang akan
dimasukkan.

d.
Mengalokasikan memori untuk menampung bit gambar pada saat proses
steganografi akan dijalankan.
e.
Mengkopi bitmap ke dalam buffer memori.
f.
Mendapatkan ukuran input byte file yaitu sama dengan proses pada gambar
yang dimana untuk mengetahui besar dari data yang akan digabungkan ke
dalam gambar.
g.
Mengkopi buffer memori ke bentuk bitmap mengubah kembali dari memori
menjadi file gambar.
Proses ekstrakting dalam Teknik DCS mempunyai beberapa tahapan proses
yaitu:

a.
Membuat registry address untuk mempersiapkan tempat penyimpan memori
sementara guna proses dalam penghitunggan LSB (Least Significant Bit) pada
gambar maupun data yang akan dipisahkan (extract).
b.
Mengkalkulasikan variabel yang ada pada media pembawa pesan dalam hal
ini adalah file gambar yang berformat bmp.
c.
Mengalokasikan ukuran memori yang akan digunakan dalam proses.
d.
Mengcopy bitmap ke dalam buffer memori.
e.
Ekstrak ukuran file pembawa bertujuan untuk menghitung dan
mengembalikan kembali ukuran file pembawa ke dalam ukuran yang semula
sebelum disisipkan file lain.
f.
Mengkalkulasikan variabel yang ada menghitung kembali setelah proses
ekstrak dilewati.
g.
Ekstrak file bertujuan untuk mengambil data dalam file gambar yang telah
dihitung dan disiapkan dalam memori sebelumnya sehingga proses dapat
berjalan dengan cepat.
4. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI
4.1 Desain dan Rancangan Aplikasi
Aplikasi steganografi yang akan dibangun dirancang untuk bisa diakses
oleh komputer yang memiliki mikroprosesor 32 bit ke atas dan memiliki cache
memory dengan sistem operasi berbasis windows yaitu Microsoft Windows 98SE.
Untuk mendukung hal itu dipilihlah bahasa pemrograman berorientasi object
yaitu Borland Delphi 6.

Blok diagram dari program implementasi secara umum dengan
menggunakan Teknik DCS diperlihatkan pada Gambar 6. Pertama-tama yang
dilakukan adalah membuat registry address untuk mempersiapkan tempat
penyimpan memori sementara di dalam sistem operasi yang kemudian
menginisialisasi data asli. Data ini akan digabungkan dengan file gambar
menggunakan Teknik DCS kemudian hasilnya akan di tampilkan, dari data yang
telah diembedding akan dikembalikan ke data asli dengan proses ekstraksi.


Aplikasi untuk Teknik DCS ini akan dibuat menjadi beberapa fungsi, antara
lain:

a. Embed file
b. Embed teks
c. Ekstrak file
d. Ekstrak teks
e. Proses Tahapan
Gambar 7 menunjukkan algoritma untuk proses embedding dan extracting
file. Sementara Gambar 8 menunjukkan algoritma untuk proses embedding.

Teknik DCS mempunyai prosedur utama dalam proses embedding maupun
ekstrakting yaitu dalam procedure Copy bitmap to buffer dan procedure Copy buffer
to bitmap. Procedure Copy bitmap to buffer digunakan hanya sekali dalam setiap
proses sedangkan prosedure Copy buffer to bitmap digunakan pada saat embedding
file. Proces embedding dan ekstrakting pada dasarnya adalah sama hanya pada
proses ekstrakting ada beberapa prosedur yang tidak dipanggil.



 (a) embedding text, dan (b) extracting text
Procedure Copy bitmap to buffer bertujuan untuk merubah dari bentuk
bitmap yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa assembler untuk
mendapatkan data keseluruhan bit dari gambar yang telah ditransfer pada buffer
memori. Prosedur ini digunakan dalam proses embedding maupun extracting.


4.2 Implementasi Hasil
Karena implementasi program stganografi dengan Teknik DCS ini bersifat
study/pembelajaran , maka berapa hal yang dijadikan sebagai batasan dalam
implementasi adalah :

a.
Untuk embedding file format gambar yang digunakan adalah JPEG atau
berekstensi *.jpg, dalam hal ini format gambar yang berekstensi lain belum
dapat digunakan.

b.
Untuk hasil dari embedding dapat dipastikan menjadi format gambar Bitmap
atau berekstensi *.bmp, tidak dapat menggunakan format gambar yang
berekstensi lain.
Gambar 9 Menunjukkan interface untuk aplikasi steganografi yang dibangun.



Steganografi merupakan teknik menyebunyikan suatu data atau teks di
dalam file yang lain sehingga untuk hasil akhir dari proses steganografi tidaklah
berbeda jauh dengan file aslinya, karena bila terjadi perbedaan akan dapat
menimbulkan kecurigaan terhadap user lain yang tidak berhak menerima file
yang dimodifikasi tersebut.

 Dalam Teknik DCS hasil dari proses steganografi tidak berbeda jauh
dengan file aslinya, perbedaan utama adalah pada format file yaitu sebelum
proses berekstensi *.jpg dan setelah proses penyisipan menjadi beresktensi *.bmp.
Gambar 10 menunjukkan hasil proses steganografi.







5. ANALISA HASIL
Proses penyembunyian atau steganografi mempunyai berbagai macam
bentuk metode juga implementasi program. Pada alamat website www.1ecs.com
pada bagian steganography tools (hidden message) terdapat sejumlah link untuk
download software steganografi.

 Aplikasi Teknik DCS yang dibangun menggunakan gabungan antara
bahasa visual dengan bahasa pemrograman assembler. Penggabungan tersebut
dilakukan untuk prosedur dan fungsi dari perintah pengaksesan memori,
manajemen memori, kalkulasi variabel, kalkulasi jarak antar bit, conversi bitmap
ke dalam buffer memori maupun perintah sebaliknya conversi buffer memori ke
dalam bitmap menjadi satu perintah tunggal yang diakses dari prosedur utama.

Teknik DCS merupakan suatu teknik steganografi yang menerapkan metode
embedding data dengan menggunakan LSB (Least Significant Bit). Penggunaan
metode embedding data dengan menggunakan LSB dilakukan dengan
mempersiapkan suatu arus bit, kemudian menetapkan LSB dari cover sesuai
dengan nilai dari file kedua atau data yang akan dibawa. Jarak antara dua bit
tersembunyi yang berurutan menjadi banyaknya contoh dari metode ini dan
dikendalikan dengan suatu nilai acak.



Nilai-Nilai dari jarak antara bit tersembunyi yang berurutan haruslah antar
dua nilai-nilai ekstrim. Nilai yang minimal pada umumnya 0, tetapi nilai yang
maksimal harus dengan tepat memilihnya. Jika panjang bit dari file gambar cukup
panjang, maka tidak ada masalah. Tetapi jika panjangnya tidak memenuhi syarat
yang ada, atau mempunyai suatu arus bit file gambar yang pendek, maka
pengirim harus mengambil beberapa ukuran untuk meyakinkan bahwa semua bit
yang tersembunyi akan masuk ke dalam arus bit pada file gambar. Ketika
menggunakan arus bit, sama seperti sedang berbicara ditelepon, pengirim tidak
mengetahui ketika kapan percakapan akan diakhiri. Oleh karena itu, harus
berhati-hati waspada dan membuat rata-rata jarak yang sangat pendek agar pada
saat semua bit rahasia selesai disisipkan tidak sampai tertulis sebelum diakhir file.


Dalam beberapa hal, ini bukanlah suatu tugas gampang, sebab jika jarak antara bit
yang tersembunyi yang tidak seragam didistribusikan, maka karakter statistik dari
noise tidaklah menghilang (pada umumnya noise yang teracak mempunyai
distribusi interval bersifat exponen panjangnya).

Program steganografi dengan menggunakan teknik lain belum tentu dapat
mengekstrak hasil dari embedding Teknik DCS. Hal ini disebabkan Teknik DCS
memiliki keamanan yang variatif, juga untuk menyisipkan data baik berupa file
maupun teks, cara penyisipannya menggunakan nilai penghitungan panjang
ukuran nama file serta besar kecilnya ukuran file yang akan dimasukkan ke dalam
media penyimpan (carrier) serta menghitung jarak antar bit yang ada pada media
penyimpan (carrier) itu sendiri.

Teknik DCS mempunyai kelebihan pada tingkat keamanannya dengan
belum adanya steganalisis yang mampu untuk memecahkan keamanan Teknik
DCS. Keamanan tersebut didapat karena dalam melakukan sistem penggabungan
atau penyisipan data berupa file, data dipecah dan kemudian dimasukkan ke
dalam bentuk binary RGB melalui proses pengukuran memory eksternal dalam
sebuah komputer sehingga digunakan perintah assembler untuk menyisipkannya.

Kekurangan di Teknik DCS sebenarnya kelemahan umum yang ada pada
model embedding. Kelemahan ini timbul karena bentuk ouput file tidak dapat
menyerupai aslinya sehingga saat dilakukan pengiriman melalui internet maupun
pertukaran data dibutuhkan waktu yang banyak karena besarnya hasil output
ukuran file embedding..

6. PENUTUP
Dengan solusi steganografi, maka pada prinsipnya masalah yang terkait
dengan hak cipta dan kepemilikan dapat dipecahkan, hal ini mengacu pada sifat
dasar steganografi yaitu menyembunyikan pesan. Namun demikian steganografi
bukan solusi tunggal untuk menyelesaikan masalah tersebut, watermarking dan
cryptografi dapat pula dijadikan sebagai solusi bersama untuk mengatasi masalah
hak cipta dan kepemilikan.

Teknik DCS merupakan proses embedding dengan menggunakan metode
LSB. Implementasi program dilakukan dengan menggunakan bahasa
pemrograman tingkat rendah yaitu assembler.Teknik DCS mempunyai cara
menejemen alokasi memori yang cukup baik dalam melakukan proses embedding
maupun ekstrakting, sehingga tidak memboroskan pemakaian memori yang ada.

Dalam program steganografi ini terjadi perubahan besar dalam hal ukuran
file, yaitu sebelum proses embedding dengan setelah proses embedding. Pada
masa mendatang perlu kiranya dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggabungkan Teknik DCS dengan algoritma kompresi file sehingga ukuran
file hasil proses staganografi akan lebih kecil atau minimal sama dengan file
aslinya

STEGANOGRAFI



1.LATAR BELAKANG STEGANOGRAFI
Herodotus adalah seorang sejarawan Yunani pertama yang menulis tentang steganografi, yaitu ketika seorang raja kejam Yunani bernama Histaeus dipenjarakan oleh Raja Darius di Susa pada abad ke-5 sebelum Masehi. Histaeus harus mengirim pesan rahasia kepada anak laki-lakinya, Aristagoras di Militus. Ia menulis pesan dengan cara menato pesan pada kulit kepala seorang budak. Ketika rambut budak itu mulai tumbuh, Histaeus mengutus budak itu ke Militus untuk mengirim pesan dikulit kepalanya tersebut kepada Aristagoras.

Cerita lain yang ditulis oleh heredotus, yaitu Demeratus, mengisahkan seorang Yunani yang akan mengabarkan berita kepada Sparta bahwa Xerxes bermaksud menyerbu Yunani. Agar tidak diketahui pihak Xerxes, Demaratus menulis pesan dengan cara mengisi tabung kayu dengan lilin dan menulis pesan dengan cara mengukirnya pada bagian bawah kayu. Papan kayu tersebut dimasukkan kedalam tabung kayu, kemudian tabung kayu ditutup kembali dengan lilin.

Teknik steganografi yang lain adalah tinta yang tak terlihat. Teknik ini kali pertama digunakan pada zaman Romawi kuno, yaitu dengan menggunakan air sari buah jeruk, urin, atau susu sebagai tinta untuk menulis pesan. Cara membacanya adalah dengan dipanaskan diatas nyala lilin. Tinta yang sebelumnya tidak terlihat, ketika terkena panas akan berangsur-angsur menjadi gelap sehingga pesan dapat dibaca. Teknik ini juga pernah digunakan pada Perang Dunia II.
Pada masa lampau steganografi sudah dipakai untuk berbagai kebutuhan, seperti kepentingan politik, militer diplomatik, serta untuk kepentingan pribadi, yaitu alat komunikasi pribadi. Beberapa penggunaan steganografi pada masa lampau bisa kita lihat dalam beberapa peristiwa berikut ini :

1.Pada Perang Dunia II, Jerman menggunakan microdots untuk berkomunikasi. Penggunaan teknik ini biasa digunakan pada microfilm chip yang harus diperbesar sekitar 200 kali. Dalam hal ini Jerman menggunakan steganografi untuk kebutuhan perang sehingga pesan rahasia strategi atau apapun tidak bisa diketahui oleh pihak lawan. Teknologi yang digunakan dalam hal ini adalah teknologi baru yang pada saat itu belum bisa digunakan oleh pihak lawan.

2.Pada Perang Dunia II, Amerika Serikat menggunakan suku Indian Navajo sebagai media untuk berkomunikasi. Dalam hal ini Amerika Serikat menggunakan teknologi kebudayaan sebagai suatu alat dalam steganografi. Teknologi kebudayaan ini tidak diketahui atau dimiliki pihak lawan, kecuali oleh Amerika Serikat.

Dari catatan sejarah dan contoh-contoh steganografi konvensional tersebut, kita dapat melihat bahwa semua teknik steganografi konvensional selalu berusaha merahasiakan pesan dengan cara menyembunyikan, mengamuflase, ataupun menyamarkan pesan.

Sementara, saat ini perkembangan teknologi internet telah membawa perubahan besar bagi kecepatan pertukaran informasi maupun distribusi media digital. Media digital berupa teks, citra, audio, atau video dapat dipertukarkan atau didistribusikan dengan mudah melalui internet. Disisi lain, kemudahan ini dapat menimbulkan permasalahan ketika media tersebut adalah media yang sifatnya rahasia. Masalah ini juga bisa terjadi jika media tersebut terlindungi oleh hak cipta (copyright), tetapi dengan mudah orang lain membuat salinan yang sulit dibedakan dengan aslinya dan dengan mudah pula salinan tersebut didistribusikan atau diperbanyak oleh pihak-pihak yang tidak berhak.

Sejak 1 Januari 2000 Indonesia dan Negara anggota World Trade Organization telah menerapkan perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Indonesia juga termasuk salah satu negara penanda tangan persetujuan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights) pada 1994. Namun demikian, di Indonesia tetap saja banyak beredar barang-barang bajakan, berupa compact disc (baik berisi program aplikasi kantor, permainan, lagu, film, dan sebagainya), kaset audio, dan media elektronik lain. Barang-barang bajakan ini telah banyak digunakan sebagai media pendistribusi yang berisi informasi, khususnya yang diperoleh dari penyadapan saluran komunikasi data melalui internet.

Hal inilah yang mengharuskan orang membuat metode untuk melindungi hak cipta pada media digital. Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk kebutuhan proteksi media digital, antara lain Kriptografi, Steganografi, Watermarking. Pada prinsipnya ketiga teknik tersebut bisa diterapkan pada media teks, citra, audio, dan video.


2.DEFINISI STEGANOGRAFI
Steganografi merupakan seni untuk menyembunyikan pesan didalam media digital sedemikian rupa sehingga orang lain tidak menyadari ada sesuatu pesan didalam media tersebut. Kata steganografi (steganography) berasal dari bahasa Yunani steganos yang artinya “tersembunyi/terselubung” dan graphein “menulis” sehingga kurang lebih artinya “menulis (tulisan) terselubung”.

Dalam bidang keamanan komputer, steganografi digunakan untuk menyembunyikan data rahasia, saat enkripsi tidak dapat dilakukan atau bersamaan dengan enkripsi. Walaupun enkripsi berhasil dipecahkan (decipher), pesan atau data rahasia tetap tidak terlihat. Pada Criptography, pesan disembunyikan dengan “diacak” sehingga pada kasus-kasus tertentu dapat dengan mudah mengundang kecurigaan, sedangkan pada steganografi pesan “disamarkan” dalam bentuk yang relative “aman” sehingga tidak terjadi kecurigaan itu. Seperti yang terjadi pada peristiwa penyerangan gedung WTC 11 September 2001 disebutkan oleh “pejabat pemerintah dan para ahli dari pemerintahan AS”, yang tidak disebut namanya, bahwa “para teroris menyembunyikan peta-peta dan foto-foto target serta perintah untuk aktivitas teroris diruang chat spot, bulletin boards porno, dan website lainnya”. Isu lainnya menyebutkan bahwa teroris menyembunyikan pesan-pesannya dalam gambar-gambar porno diwebsite tertentu. Walaupun demikian, sebenarnya belum ada bukti nyata dari pernyataan-pernyataan tersebut.

Steganografi membutuhkan dua property, yaitu wadah penampung dan data rahasia yang akan disembunyikan. Steganografi digital menggunakan media digital sebagai wadah penampung, misalnya citra, audio, teks, dan video. Data rahasia yang disembunyikan juga dapat berupa citra, audio, teks, atau video.



3.KRITERIA STEGANOGRAFI YANG BAGUS
Penyembunyian data rahasia kedalam citra digital akan mengubah kualitas citra tersebut. Hal ini tergantung pada ukuran file media penyimpan dan ukuran file pesan yang disisipkan . Untuk itu ada beberapa hal atau criteria yang harus diperhatikan dalam penyembunyian data, yaitu:

1.Fidelity
Mutu citra penampung data tidak jauh berubah. Setelah terjadi penambahan pesan rahasia, stego-data masih terlihat dengan baik. Pengamat tidak mengetahui kalau didalam stego-data tersebut terdapat pesan rahasia.

2.Robustness
Pesan yang disembunyikan harus tahan (robust) terhadap berbagai operasi manipulasi yang dilakukan pada stego-data, seperti pengubahan kontras, penajaman, pemampatan, rotasi, perbesaran gambar, pemotongan cropping, enkripsi, dan sebagainya. Bila pada citra penampung dilakukan operasi-operasi pengolahan citra tersebut, maka pesan yang disembunyikan seharusnya tidak rusak (tetap valid jika diekstraksi kembali).

3.Recovery
Data yang disembunyikan harus dapat diungkapkan kembali (recovery). Karena tujuan steganografi adalah penyembunyian informasi maka sewaktu-waktu pesan rahasia didalam stego-data harus dapat diambil kembali untuk digunakan lebih lanjut.

Steganografi adalah seni dan ilmu menulis atau menyembunyikan pesan tersembunyi dengan suatu cara sehingga selain si pengirim dan si penerima, tidak ada seorangpun yang mengetahui atau menyadari bahwa ada suatu pesan rahasia. Kata steganografi (steganografi) berasal dari bahasa Yunani steganos, yang artinya “tersembunyi atau terselubung”, dan graphein, “menulis”.

Kini, istilah steganografi termasuk penyembunyian data digital dalam file-file komputer. Contohnya, si pengirim mulai dengan file gambar biasa, lalu mengatur warna setiap pixel ke-100 untuk menyesuaikan suatu huruf dalam alphabet (perubahannya begitu halus sehingga tidak ada seorangpun yang menyadarinya jika ia tidak benar-benar memperhatikannya).

Pada umumnya, pesan steganografi muncul dengan rupa lain seperti gambar, artikel, daftar belanjaan, atau pesan-pesan lainnya. Pesan yang tertulis ini merupakan tulisan yang menyelubungi atau menutupi. Contohnya, suatu pesan bisa disembunyikan dengan menggunakan tinta yang tidak terlihat diantara garis-garis yang kelihatan.

Teknik steganografi meliputi banyak sekali metode komunikasi untuk menyembunyikan pesan rahasia (teks atau gambar) di dalam file-file lain yang mengandung teks, image, bahkan audio tanpa menunjukkan ciri-ciri perubahan yang nyata atau terlihat dalam kualitas dan struktur dari file semula. Metode ini termasuk tinta yang tidak tampak, microdots, pengaturan kata, tanda tangan digital, jalur tersembunyi dan komunikasi spektrum lebar. Tujuan dari steganografi adalah merahasiakan atau menyembunyikan keberadaan dari sebuah pesan tersembunyi atau sebuah informasi. Dalam prakteknya kebanyakan diselesaikan dengan membuat perubahan tipis terhadap data digital lain yang isinya tidak akan menarik perhatian dari penyerang potensial, sebagai contoh sebuah gambar yang terlihat tidak berbahaya. Perubahan ini bergantung pada kunci (sama pada kriptografi) dan pesan untuk disembunyikan. Orang yang menerima gambar kemudian dapat menyimpulkan informasi terselubung dengan cara mengganti kunci yang benar ke dalam algoritma yang digunakan.

Pada metode steganografi cara ini sangat berguna jika digunakan pada cara steganografi komputer karena banyak format file digital yang dapat dijadikan media untuk menyembunyikan pesan. Format yang biasa digunakan diantaranya:

* Format image : bitmap (bmp), gif, pcx, jpeg, dll.
* Format audio : wav, voc, mp3, dll.
* Format lain : teks fileMetode yang digunakan dalam steganografi bisa bermacam-macam. Begitu pula medium perantaranya, bisa bermacam-macam juga, sesuai dengan perkembangan masa. Pada zaman baheula, teknik steganografi sederhana sudah banyak digunakan untuk merahasiakan pesan. Seperti Leonardo Da Vinci yang konon menyembunyikan pesan-pesan tertentu di balik karya-karya lukisannya. Masih inget senyum misterius pada lukisan MonaLisa yang kerap menjadi kontroversi di kalangan para ahli yang mencoba mengambil pesan tersirat darinya?

Lain dulu lain sekarang. Era digital yang merambah kehidupan manusia modern telah berhasil membawa perubahan dalam implementasi teknik steganografi. Sekarang, semuanya serba digital. Data-data tak lagi disimpan dalam bentuk kertas, namun tersimpan rapi dalam bentuk file-file digital. Maka, steganografi pun mengikuti arus perkembangan ini.

Penyembunyian pesan tak lagi dilakukan lewat media lukisan kanvas, titik-titik rahasia di suatu majalah, bahan-bahan kimia tertentu yang dapat dilihat apabila dicampur dengan bahan kimia lain ataupun cara-cara konvensional lainnya. Kini, pesan rahasia disembunyikan di dalam suatu file teks, gambar, audio, atau bahkan video. Memang tidak kasat mata. Namun dapat mudah ditemukan oleh tools tertentu yang mengenali polanya.
Steganografi adalah suatu cara untuk menulis pesan tersembunyi. Pesan tersembunyi itu disisipkan pada suatu teks.
Teks dibuat sedemikian rupa agar orang lain yang membaca tidak sadar akan adanya pesan tersembunyi tersebut.
contoh steganografi:
Paras wajahmu
kecantikan, kebaikan hati
lincah dan gelak tawamu
tertanam di hati
hanya dirimu…

Namamu terpatri dalam benakku
Yoko,
masih adakah tempat di hatimu?
sakitnya hati ini Yoko
rasa sakitnya menusuk jiwaku

Tapi ingatlah,
cintaku selalu untukmu
Jangan kau pernah lupakan
cintaku,
Hanya ada untukmu, Yoko…


Ada yang tau isi pesan tersembunyi pada puisi cinta tersebut?

Aturan steganografinya adalah:
Untuk setiap bait berisi satu kata. Abaikan tanda-tanda baca seperti tanda titik dan tanda tanya.
Untuk setiap bait ambillah huruf pertama pada baris pertama, huruf terakhir pada baris selanjutnya, kemudian untuk
baris selanjutnya ambil lagi huruf pertama kemudian huruf terakhir untuk baris selanjutnya. So, rumus untuk setiap
baitnya adalah awal-akhir-awal-akhir(looping).
Sekarang pasti sudah bisa terbaca pesan tersembunyinya. Apa ya?
yup, pesannya adalah : PILIH NOMOR TUJUH. (jawaban saya beri warna abu)
Masih banyak cara membuat steganografi. Bisa dengan mengambil huruf pertama pada setiap kata dalam kalimat, atau
huruf terakhir pada setiap kata dalam kalimat. Atau dengan cara yang lebih rumit yaitu dengan menggunakan gambar
dan suara.
Cara lain menulis pesan tersembunyi adalah menggunakan kriptografi. Bedanya, kriptografi mengubah pesan secara keseluruhan menjadi angka atau huruf-huruf yang telah dikonversi sesuai rumus yang dibuat. Jadi pesan benar-benartidak dapat terbaca oleh orang lain karena memang kalimatnya tidak bisa dibaca,
contohnya : ^&hjhj@343%..7 .